Dialectics
Of Nature
oleh Friedrich Engels
oleh Friedrich Engels
Gerak
dalam arti yang paling umum, difahami sebagai gaya keberadaan, atribut yang inheren, dari
materi, mencakup/meliputi semua perubahan dan proses yang berlangsung dalam
jagat raya, dari sekedar perubahan/pergantian tempat hingga sampai pada
pikiran. Penyelidikan mengenai sifat gerak sudah dengan sendirinya mesti
dimulai dari bentuk-bentuk gerak ini yang paling sederhana, paling rendah dan
belajar menangkap semua itu sebelum ia dapat mencapai sesuatu sebagai
penjelasan mengenai bentuk-bentuk yang lebih tinggi dan lebih rumit. Karenanya,
dalam evolusi historikal ilmu-ilmu pengetahuan alam kita melihat bagaimana yang
paling pertama-tama sekali dikembangkan adalah teori mengenai perubahan tempat
yang paling sederhana, mekanika dari benda-benda langit dan massa-massa bumi;
ia kemudian disusul oleh teori mengenai gerak molekular, fisika, dan segera
kemudian, nyaris bersama-sama dan di beberapa tempat mendahuluinya, ilmu
pengertahuan mengenai gerak atom-atom, kimia. Hanya setelah berbagai cabang
pengetahuan mengenai bentuk-bentuk gerak yang menguasai alam tidak-hidup itu
telah mencapai suatu derajat perkembangan yang tinggi, baru dapatlah penjelasan
mengenai proses-proses gerak yang mewakili proses kehidupan itu ditangani
dengan berhasil. Ini maju secara proporsional dengan kemajuan mengenai
mekanika, fisika dan kimia. Akibatnya, sementara mekanika telah cukup lama
secara sepadan mampu merujukkan efek-efek penungkil-penungkil tulang yang digerakkan
oleh kontraksi otot dalam tubuh hewan pada hukum-hukum yang berlaku juga dalam
alam tidak-hidup, substansiasi fisiko-kimiawi gejala-gejala lain dari kehidupan
masih sangat berada pada awal perkembangannya. Karenanya di sini, dalam
penyelidikan sifat gerak, kita terpaksa memasukkan bentuk-bentuk organik dari
gerak itu,. Kita terpaksa membatasi diri kita--sesuai dengan keadaan
ilmu-pengetahuan--pada bentuk-bentuk gerak dari alam tidak-hidup.
Semua
gerak bertautan dengan sesuatu perubahan/pergantian/perpindahan tempat, apakah
itu perubahan tempat benda-benda angkasa, massa-massa bumi, molekul-molekul,
atom-atom, atau partikel-partikel ether. Semakin tinggi bentuk gerak itu,
semakin kecil perubahan tempat itu. Ia sama sekali tdiak menguras habis sifat dari
gerak bersangkutan, melainkan adalah tidak terpisahkan dari gerak itu. Ia,
karenanya, mesti diselidiki sebelum kita menyelidiki apapun lainnya.
Keseluruhan
alam yang terbuka bagi kita merupakan sebuah sistem, suatu totalitas yang
saling-berkait dari benda-benda, dan dengan bgenda-benda kita mengartikan di
sini semua keberadaan (eksistensi) material yang terentang dari bintang-bintang
hingga atom-atom, bahkan sampai pada partikel-partikel ether, sejauh diakui
keberadaan yang tersebut terakhir itu. Dalam kenyataan bahwa benda-benda ini
saling-berkaitan sudah tercakup (pengertian) bahwa mereka bereaksi satu pada
yang lainnya, dan justru reaksi timbal balik (satu sama lain) inilah yang
menjadikan gerak. Sudah terbukti di sini bahwa materi itu tidak terbayangkan
tanpa gerak. Dan apabila, sebagai tambahan, materi dihadapkan pada kita sebagai
sesuatu yang tertentu, sama-sama tidak-dapat-diciptakan dan
tidak-dapat-dihancurkan, maka berarti bahwa gerak juga tidak-dapat-diciptakan
dan tidak-dapat-dihancurkan. Telah menjadi tidak mungkin untuk menolak
kesimpulan ini segera setelah diakui bahwa jagat raya merupakan sebuah sistem,
suatu antar-keterkaitan benda-benda. Dan sejak pengakuan ini dicapai oleh
filsafat, lama sebelum ia diberlakukan secara efektif dalam ilmu-pengetahuan
alam, dapatlah dimengerti mengapa filsafat, selama duaratus tahun sebelum
ilmu-pengetahuan alam, menarik kesimpulan mengenai tidak-dapat-diciptakan dan
tidak- dapat-dihancurkannya gerak. Bahkan bentuk yang dipakainya untuk
melakukan ini masih lebih unggul daripada perumusan masa-kini dari
ilmu-pengetahuan alam. Azas Descartes, bahwa jumlah (die Menge) gerak yang
terdapat di dalam alam jagat selalu sama, hanya mengandung kelemahan-formal
karena telah memakai suatu ungkapan terbatas bagi suatu kebesaran
tak-terhingga. Sebaliknya, dua buah ungkapan mengenai hukum yang sama yang
sekarang berlaku dalam ilmu-pengetahuan alam: hukum Helmholtz mengenai
konservasi daya/tenaga, dan hukum yang
lebih baru, yang lebih tepat, yaitu mengenai konservasi energi. Dari kedua-duanya ini, yang pertama,
seperti akan kita lihat, mengatakan justru kebalikan dari yang lainnya, dan
lebih dari itu, masing-masingnya hanya mengungkapkan satu sisi dari hubungan
itu.
Manakala
dua benda saling beraksi satu-sama-lain sehingga mengakibatkan suatu
permindahan tempat dari yang satu atau pada kedua-duanya, maka perpindahan
tempat ini hanya dapat berupa suatu pendekatan atau suatu pemisahan. Mereka
saling tarik satu-sama-lain atau mereka saling menolak satu-sama-lain. Atau,
sebagaimana mekanika menyatakannya, kekuatan-kekuatan yang beroperasi di antara
mereka bersifat sentral, beraksi sepanjang garis yang menyatukan pusat-pusat
mereka. Bahwa ini yang terjadi, bahwa demikian kenyataannya tanpa kecuali di
seluruh alam jagat, betapapun rumitnya banyak gerakan mungkin tampaknya, dewasa
ini diterima sebagai sesuatu yang dengan sendirinya begitu. Akan tampak
tidak-masuk-akal untuk berasumsi, manakala dua benda beraksi satu pada yang
lainnya dan saling interaksi itu tidak dilawan oleh hambatan apapun atau
pengaruh suatu benda ketiga, maka aksi ini mesti dipengaruhi secara lain
daripada sepanjang jalan yang terpendek dan paling langsung, yaitu, sepanjang
garis lurus yang menyatukan/menghubungkan pusat-pusat mereka.*) Lagi pula, sudah sangat diketahui,
bahwa Helmholtz (Erhaltung der Kraft,
Berlin 1847, Seksi I dan II) telah memberikan bukti matematikal bahwa aksi
sentral dan tidak-dapat-diubahnya jumlah gerak (Bewegungsmenge)48) dikondisikan secara timbal-balik
dan bahwa anggapan mengenai aksi-aksi lain kecuali yang sentral itu membawa
pada hasil-hasil di mana gerak dapat atau
diciptakan atau dihancurkan. Karena
itulah bentuk dasar dari semua gerak adalah pendekatan dan pemisahan, kontraksi
dan pemuaian--singkatnya, pertentangan-pertentangan polar(kutub) lama dari tarikan dan tolakan.
Yang
secara istimewa mesti diperhatikan ialah, bahwa di sini, tarikan dan tolakan
tidak dipandang sebagai "kekuatan-kekuatan"
tetapi sebagai bentuk-bentuk sederhana dari gerak,
tepat sebagaimana Kant sudah memahami materi sebagai kesatuan tarikan dan
tolakan. Yang mesti difahami dengan "kekuatan-kekuatan"
akan ditunjukkan kelak pada waktunya.
Semua
gerak terdiri atas saling-pengaruh tarikan dan tolakan. Namun, gerak hanya
mungkin pabila setiap tarikan individual dikompensasi oleh tolakan yang
bersesuaian di sesuatu tempat lainnya. Jika tidak begitu maka pada waktunya
satu sisi akan menjadi lebih kuasa atas yang lainnya dan gerak itu akhirnya
akan berhenti. Karenanya, semua tarikan dan semua tolakan dalam jagat raya
mesti saling mengimbangi satu sama lain. Demikianlah hukum
tidak-dapat-dihancurkan dan tidak-dapat-diciptakannya gerak terungkap dalam
bentuk bahwa setiap gerak tarikan dalam jagat raya mesti mempunyai sebagai
komplemennya suatu gerak tolakan ekuivalen (kesetaraan) dan vice versa; atau, sebagaimana filsafat
kuno--lama sebelum perumusan ilmiah-alam mengenai hukum konservasi tenaga atau
energi--menyatakannya: jumlah dari semua tarikan dalam alam jagat raya adalah
sama dengan jumlah semua tolakan.
Namun,
di sini tampaknya masih terdapat dua kemungkinan bagi semua gerak untuk
berhenti pada sesuatu waktu, baik itu dikarenakan oleh tolakan dan tarikan yang
akhirnya saling membatalkan satu sama lain dalam kenyataan aktual, ataupun
dengan total tolakan yang akhirnya menguasai suatu bagian materi dan total
tarikan menguasai bagian lainnya. Bagi konsepsi dialektikal,
kemungkinan-kemungkinan ini sejak awal dimustahilkan. Sejauh ini, dialektika
telah membuktikan dari hasil-hasil pengalaman kita tentang alam, bahwa semua
oposisi kutub pada umumnya ditentukan oleh aksi timbal-balik kedua kutub yang
berlawanan, bahwa pemisahan dan pertentangan dari kutub-kutub ini hanya ada di
dalam saling keterkaitan dan persatuan mereka, dan, sebaliknya, bahwa kesatuan
mereka hanya ada di dalam pemisahan mereka dan saling-keterkaitan mereka hanya
dalam pertentangan mereka. Setelah ini ditandaskan, tidak ada masalah suatu
pembatalan final dari tolakan dan tarikan, atau mengenai suatu pembagian final
di antara satu bentuk gerak dalam separoh materi dan bentuk gerak lainnya dalam
separoh materi lainnya, karenanya tidak ada masalah saling-penyusupan
(penetrasi)49) atau pemisahan mutlak dari kedua
kutub itu. Itu akan sama saja dengan menuntut, dalam kasus pertama, bahwa kutub
utara dan kutub selatan dari sebuah magnet mesti saling-membatalkan atau, dalam
kasus kedua, bahwa membagi sebuah magnet di tengah-tengah antara kedua kutub
itu di satu sisi mesti menghasilkan suatu paroh utara tanpa suatu kutub
selatan, dan di sisi lainnya suatu paroh selatan tanpa suatu kutub utara.
Sekalipun--namun--kemustahilan asumsi-asumsi seperti itu segera nyata dari
sifat dialektikal oposisi-oposisi kutub, bagaimanapun, berkat gaya pikiran
metafisikal dari para ilmuwan alamyang berkuasa, asumsi kedua setidak-tidaknya
memainkan suatu bagian tertentu dalam teori fisikal. Hal ini akan dibicarakan
pada tempatnya kelak.
Bagaimanakah
gerak menghadirkan dirinya dalam interaksi tarikan dan tolakan? Paling tepat
hal ini diteliti dalam bentuk-bentuk gerak masing-masing sendiri. Pada akhirnya,
aspek umum dari materi akan memperlihatkan dirinya sendiri.
Mari
kita ambil gerak sebuah planet di sekitar benda (badan/kumpulan) sentralnya
sendiri. Astronomi sekolahan biasa mengikuti Newton dalam menjelaskan elips
yang dilukiskan sebagai hasil aksi bersama dari dua kekuatan, tarikan benda
sentral dan suatu kekuatan tanjensial (tangential = yang bersinggungan) yang
memacu planet itu di sepanjang kenormalan pada arah tarikan ini. Dengan
demikian ia mengambil, di samping bentuk gerak yang berarahkan sentral, juga
suatu arah lain dari gerak, atau yang dinamakan "kekuatan,"
perpendikular (garis tegak-lurus) pada garis yang menghubungkan pusat-pusat
itu. Dengan begita ia berlawanan/bertentangan dengan hukum dasar tersebut di
atas, yang menyatakan bahwa semua gerak di dalam alam semesta kita hanya dapat
terjadi di sepanjang garis yang menghubungkan pusat-pusat benda-benda yang satu
sama lain beraksi secara timbal balik, atau, seperti juga dikatakan, yang hanya
disebabkan oleh "kekuatan-kekuatan" yang beraksi secara sentral.
Dengan begitu ia juga memperkenalkan ke dalam teori itu suatu unsur gerak yang,
seperti juga telah kita saksikan, mau-tidak-mau membawa pada penciptaan dan
penghancuran gerak, dan karenanya mengandaikan suatu pencipta. Yang mesti dilakukan,
karenanya, yalah mengurangi kekuatan tanjensial yang misterius ini menjadi
suatu bentuk gerak yang beraksi secara sentral, dan inilah yang
dicapai/dilaksanakan oleh teori kosmogoni Kant-Laplace. Sebagaimana sudah
sangat diketahui, menurut konsepsi ini seluruh sistem matahari lahir dari suatu
massa serba-gas yang berputar, yang sangat lemah melalui/lewat kontraksi
berangsur-angsur. Gerak rotasional (berputar) jelas paling kuat di khatulistiwa
(equator) sfera serba-gas ini, dan cincin-cincin serba-gas individual
memisahkan diri dari massa itu dan berkerumun bersama (jadi-satu) menjadi
planet-planet, planetoid-planetoid, dsb., yang berputar di sekeliling ben da
sentral dalam arah rotasi (perputaran) aslinya. Perputaran ini sendiri lazimnya
diterangkan dari gerak partikel-partikel serba-gas itu sendiri-sendiri. Gerak
ini terjadi ke semua arah, tetapi akhirnya suatu ekses dalam satu arah tertentu
menjadikannya nyata dan dengan begitu menyebabkan gerak berputar itu, yang
pasti menjadi semakin kuat dan semakin kuat dengan kontraksi progresif dari
sfera serba-gas itu. Tetapi, hipotesis apapun yang dibuat mengenai asal-usul
perputaran (rotasi) itu, kesemuanya menghapuskan kekuatan tanjensial,
meleburnya dalam suatu bentuk manifestasi khusus dari gerak yang beraksi secara
sentral. Apabila satu unsur gerak planeter, yaitu yang langsung sentral,
diwakili oleh gravitasi, tarikan antara planet dan benda sentral itu, maka
unsur yang lain, yang tanjensial, tampak sebagai sebuah relik, dalam suatu
bentuk derivatif atau sudah berubah, dari tolakan asli partikel-partikel
individual dari sfera serba-gas itu. Dengan demikian proses kehidupan suartu
sistem matahari menghadirkan dirinya sebagai saling-pengaruh-mempengaruhinya
tarikan dan tolakan, di mana tarikan berangsur-angsur menjadi semakin
unggul-mengungguli disebabkan tolakan yang dipancarkan (radiasi) ke ruang
angkasa dalam bentuk panas dan dengan demikian semakin menghilang (terhilang)
dari sistem itu.
Selintas-kilas
orang melihat bahwa bentuk gerak yang di sini difahami sebagai tolakan adalah
sama dengan yang oleh ilmu-fisika modern diistilahkan/disebut "energi." Dengan kontraksi sistem itu dan
akibat menjauhnya benda-benda individual yang menjadi pembentuknya dewasa ini,
sistem itu telajh kehilangan "energi,"
dan justru kehilangan ini, menurut perhitungan Helmholtz yang terkenal, sudah
mencapai 453/454 (empatratuslimapuluhtiga per empatratuslimapuluhempat) dari
jumlah total gerak (Bewegungsmenge) yang aslinya terdapat dalam bentuk tolakan.
Mari
kita sekarang mengambil suatu massa dalam bentuk sebuah benda di atas bumi kita
sendiri. Ia dikaitkan dengan bumi oleh gravitasi, sebagaimana bumi pada
gilirannya terkait pada matahari; namun, tidak seperti bumi, ia tidak
berkemampuan akan suatu gerak planeter yang bebas. Ia hanya dapat digerakkan
dengan/oleh suatu impuls dari luar, dan bahkan dengan begitu, sesegera impuls
itu terhenti, geraknya segera terhenti pula, baik itu dikarenakan oleh gravitas
saja ataupun oleh yang tersebut belakangan itu secara terpadu dengan perlawanan
medium di mana ia bergerak. Perlawanan ini sebenarnya juga suatu efek dari
gravitas, tanpa itu bumi, di atas permukaannya, tidak akan mempunyai medium
perlawanan apapun, tidak akan mempunyai atmosfer apapun. Karenanya, dalam gerak
yang semurninya mekanikal di atas permukaan bumi kita menghadapi suatu situasi
di mana gravitasi, tarikan, secara menentukan berkuasa, di mana, oleh sebab
itu, produksi gerak memperlihatkan kedua tahap: pertama gravitas yang beraksi
secara berlawanan dan kemudian memperkenankan gravitas itu beraksi--singkatnya,
naik dan jatuh.
Maka,
kita mendapati lagi aksi timbal-balik antara tarikan di satu pihak dan suatu
bentuk gerak yang terjadi dalam arah berlawanan dengannya, karenanya suatu
bentuk gerak tolakan, di lain pihak. Tetapi, di dalam lingkup mekanika yang semurninya terestrial [bumi] (yang berurusan
dengan massa-massa keadaan-keadaan agregasi dan kohesi tertentu yang diliputinya sebagai
tidak-dapat-berubah) bentuk gerak tolakan ini tidak terjadi di dalam alam.
Kondisi-kondisi fisikal dan kimiawi yang dengannya segumpal batu-karang menjadi
terpisah dari suatu puncak-gunung, atau memungkjinkan jatuhnya air, berada di
luar lingkup aksinya. Karenanya, dalam mekanika yang semurninya terestial,
gerak tolakan, gerak naik mesti diproduksi secara buatan; dengan tenaga
manusia, kekuatan hewani, daya air atau uap, dsb. Dan keadaan ini, keharusan
untuk memerangi tarikan alamiah secara buatan, menyebabkan para ahli mekanika
menganut pandangan bahwa tarikan, gravitasi, atau--sebagaimana mereka katakan= kekuatan gravitas, merupakan bentuk gerak dalam
alam yang paling penting, bahkan yang paling dasar.
Manakala,
misalnya, suatu beban (bobot) diangkat dan menghubungkan (mengomunikasikan)
gerak pada benda-benda lain dengan langsung atau tak-langsung jatuh, maka
menurut pandangan mekanika yang biasa, ia bukanlah pengangkatan
beban itu yang mengomunikasikan gerak ini, melainkan adalah gaya gravitas yang melakukannya. Begitulah
Helmholtz, misalnya, yang membuat
"kekuatan
yang adalah yang paling sederhana dan yang paling kita kenal, yaitu gravitas,
yang bertindak sebagai daya pendorongnya.... misalnya dalam lonceng-lonceng
yang digerakkan oleh suatu beban. Beban itu.....tidak dapat menuruti tarikan
gravitas tanpa membuat seluruh kerja-lonceng itu bergerak." Tetapi ia
tidak dapat membuat kerja-lonceng itu bergerak tanpa sendiri turun dan itu
terus turun sampai rantai yang padanya ia bergantung sepenuhnya terentang
habis: "Lalu lonceng itu akan berhenti, karena kapasitas operatif dari
beban itu telah habis untuk sementara waktu. Bobotnya bukannya hilang atau
berkurang, ia tetap tertarik hingga batas yang sama oleh bumi, tetapi kapasitas
bobot ini untuk menghasilkan gerakan-gerakan telah hilang.... Namun, kita
dapat, memutar konceng itu dengan tenaga lengan manusia, sehingga bobot itu
kembali dinaikkan. Segera setelah ini terjadi, ia memperoleh kembali kapasitas
operatifnya yang semula/sebelumnya dan kembali dapat menggerakkan lonceng
itu." (Helmholtz, Populäre Vorträge,
II, hal. 144-45.)
Maka
itu, menurut Holmholtz, bukanlah komunikasi gerak secara aktif, dinaikkannya
bobot/beban, yang membuat lonceng itu bergerak, melainkan beratnya bobot pasif
itu, sekalipun berat yang sama ini hanya ditarik dari kepasivannya dengan
mengangkatnya, dan sekali lagi balik pada kepasivan setelah rantai beban itu
terentang habis. Maka, apabila menurut konsepsi modern, seperti yang sudah kita
lihat di atas, energi hanyalah sebuah
ungkapan lain buat tolakan, di sini,
di dalam konsepsi Helmholtz yang lebih tua, kekuatan
tampil sebagai ungkapan lain bagi lawan tolakan, bagi tarikan (atraksi) Untuk sementara kita catat
saja hal ini.
Namun,
apabila proses mekanika terestial telah sampai pada akhirnya, manakala massa
berat itu pertama-tama sekali telah diangkat dan kemudian jatuh kembali melalui
ketinggian yang sama, apakah yang terjadi dengan gerak yang menjadikan proses
ini? Bagi mekanika murni, ia telah lenyap. Tetapi kita mengetahui sekarang,
bahwa ia sama sekali tidaklah dihancurkan. Hingga batas tertentu ia telah
diubah menjadi getaran-getaran (vibrasi) udara dari gelombang-gelombang suara,
hingga suatu batas yang lebih besar lagi, menjadi panas--yang sebagian telah
dikomunikasikan pada atmosfer yang berlawan, sebagian lagi pada benda jatuh itu
sendiri, dan sebagian lagi akhirnya pada lantai di atas mana beban itu
terhenti. Bobot lonceng itu juga secara berangsur-angsur telah melerpaskan
geraknya dalam bentuk panas gesekan pada berbagai roda pendorong/pemacu dari
kerja-lonceng itu. Namun, sekalipun lazimnya diungkapkan secara demikian, bukanlah
gerak jatuh itu, yaitu tarikan itu,
yang telah beralih menjadi panas, dan dengan begitu menjadi suatu bentuk
tolakan. Sebaliknya, sebagaimana dengan tepat dinyatakan oleh Helmholtz,
tarikan itu, beratnya itu, tetap sebagaimana itu sebelumnya dan, dikatakan
secara secermatnya, bahkan menjadi lebih besar. Lebih tepatnya, adalah tolakan
itu yang dikomunikasikan pada benda yang terangkat itu dengan mengangkatnya,
yang dihancurkan secara mekanikal
dengan jatuh dan muncul kembali sebagai panas. Tolakan massa-massa diubah
menjadi tolakan molekular.
Panas,
sebagaimana sudah dinyatakan, adalah suatu bentuk tolakan. Ia menggerakkan
molekul-molekul benda-benda padat beroskilasi (bergoyang-goyang), dengan
demikian melepaskan kaitan-kaitan molekul-molekul itu sendiri-sendiri sehingga
akhirnya berlangsunglah peralihan ke keadaan cair itu. Dalam keadaan cair itu
juga, dengan terus ditambahkannya panas, ia meningkatkan gerak molekul-molekul
itu hingga tercapailah suatu derajat di mana molekul-molekul itu sepenuhnya
memisahkan diri dari massa itu dan, pada kecepatan tertentu yang ditentukan
bagi setiap molekul oleh susunan kimiawinya, mereka bergerak menjauh secara
sendiri-sendiri dalam keadaan bebas. Dengan penambahan panas lebih lanjut,
kecepatan itu semakin ditingkatkan, dan dengan begitu molekul-molekul itu
semakin saling-tolak-menolak satu sama lainnya.
Namun
panas itu suatu bentuk dari apa yang dinamakan "energi"; di sini
lagi-lagi ternyata bahwa yang tersebut belakangan itu adalah identikal dengan
tolakan.
Dalam
gejala-gejala listrik statik dan magnetisme, kita dapatkan suatu distribusi
polar dari tarikan dan tolakan. Apapun hipotesis yang diterima mengenai modus operandi kedua bentuk ini, berdasarkan
fakta tidak ada keraguan sedikitpun bahwa tarikan dan tolakan, sejauh-jauh
mereka diproduksi/dihasilkan oleh listrik statik atau magnetisme dan mampu
untuk berkembang tanpa halangan, mereka sepenuhnya saling mengompensasi
(kompensasi) satu sama lain, sebagaimana nyata tidak-bisa-tidak disebabkan oleh
sifat distribusi polar itu sendiri. Dua kutub yang kegiatan-kegiatannya tidak
sepenuhnya saling mengompensasi satu sama lain memang bukan kutub-kutub, dan
sejauh ini belum pernah dijumpai dalam alam. Untuk sementara kita tidak akan
membicarakan galvanisme, karena dalam hal ini, prosesnya ditentukan oleh
reaksi-reaksi kimiawi, yang menjadikannya semakin rumit. Karenanya, lebih baik
kita meneliti proses-proses kimiawi dari gerak itu.
Manakala
dua bagian berat hidrogen berpadu dengan 15,96 bagian berat oksigen untuk
membentuk uap air, suatu jumlah panas sebanyak 68,924 satuan-panas dikembangkan
selama proses itu. Sebaliknya, apabila 17,96 bagian berat uap air
didekomposisikan menjadi dua bagian berat hidrogen dan 15,96 bagian berat
oksigen, hal ini hanya mungkin dengan syarat bahwa uap air itu telah
mengomunikasikan suatu jumlah gerak yang setara dengan 68,924
satuan-panas--baik itu dalam bentuk panas itu sendiri atau dalam bentuk gerak
elektrikal. Dalam mayoritas terbesar kasus, gerak dilepaskan/terjadi pada
perpaduan dan mesti disuplai pada dekomposisi. Juga di sini, lazimnya, tolakan
merupakan segi aktif dari proses itu, yang lebih dibekali dengan gerak atau
memerlukan suatu tambahan gerak, sedangkan tarikan merupakan segi pasif yang
menghasilkan suatu surplus gerak dan melepaskan gerakan. Berdasar hal ini,
teori modern juga menyatakan bahwa, dalam keseluruhannya, energi itu dibebaskan
pada waktu (saat) perpaduan unsur- unsur dan menjadi tergabung pada saat
dekomposisi. Di sini, karena itu, energi lagi-lagi berarti tolakan. Dan Helmholtz
kembali menyatakan:
"Kekuatan ini
(afinitas kimiawi) dapat difahami sebagai suatu kekuatan tarikan.... Kekuatan tarikan ini di antara
atom-atom karbon dan oksigen melaksanakan pekerjaan sangat sama banyaknya
seperti (dengan) yang dikerahkan pada suatu berat yang diangkat oleh bumi dalam
bentuk gravitasi... Manakala atom-atom karbon dan oksigen saling menyerbu satu
sama lain dan berpadu untuk membentuk asam karbonik, maka partikel-partikel
asam karbonik yang baru terbentuk itu mesti berada dalam gerak molekular yang
dahsyat, yaitu, dalam gerak panas.... Apabila kemudian mereka melepaskan panas
mereka pada lingkungan, kita masih mendapati dalam asam karbonik itu semua
karbon, semua oksigen, dan tambahan lagi afinitas dari keduanya terus
berada/hidup dengan sama kuat-perkasanya seperti sebelumnya. Tetapi, afinitas
ini kini menyatakan dirinya semata-mata dalam kenyataan bahwa atom-atom karbon
dan oksigen lekat-rapat satu-sama-lain, dan tidak memperkenankan terpisahnya
mereka kembali." (Helmholtz, ibid.,
hal. 169.)
Helmholtz
berkukuh bahwa dalam ilmu kimia maupun dalam ilmu mekanika, kekuatan hanya ada
dalam tarikan, dan karena itu menjadi
tepat berlawanan dengan yang oleh para ahli fisika lainnya disebut energi dan
yang identikal dengan tolakan.
Maka,
kini tidak hanya terdapat dua bentuk dari dari tarikan dan tolakan yang
sederhana, melainkan serangkaian/sederetan penuh anak-anak bentuk di mana
pemutaran dan pelepasan proses gerak universal berlangsung di dalam oposisi
tarikan dan tolakan. Namun, sama-sekali tidaklah hanya dalam pikiran kita
beraneka-ragam bentuk penampilan ini difahami dalam ketunggalan
ungkapan gerak. Sebaliknya, semuanya itu membuktikan diri dalam aksi bahwa
mereka adalah bentuk-bentuk dari gerak yang satu dan sama dengan cara mereka
beralih yang satu menjadi yang lainnya dalam keadaan-keadaan tertentu. Gerak
massa-massa secara mekanikal beralih menjadi panas, menjadi listrik, menjadi
magnetisme; panas dan listrik beralih menjadi dekomposisi kimiawi; kombinasi
kimiawi pada gilirannya lagi melahirkan panas dan listrik dan, lewat yang
tersebut terakhir, magnetisme; dan akhirnya, panas dan listrik kembali
menghasilkan lebih banyak gerak massa-massa secara mekanikal. Selanjutnya,
perubahan-perubahan ini terjadi sedemikian rupa sehingga sejumlah bentuk gerak
tertentu selalu mempunyai suatu jumlah tertentu yang tepat-sama dari bentuk
gerak yang lain. Selanjutnya, tidaklah peduli bentuk gerak yang mana menentukan
satuan untuk mengukur jumlah gerak itu, apakah itu untuk mengukur gerak massa,
panas, yang dinamakan kekuatan elektro-motive, atau gerak yang menjalani
transformasi dalam proses-proses kimiawi.
Di
sini kita bersandar pada teori "konservasi energi" yang ditegakkan
oleh J.R. Mayer**)
pada tahun 1842 dan kemudian disusun secara internasional dengan keberhasilan
yang begitu cemerlang, dan kini kita mesti meneliti konsep-konsep fundamental
yang dipakai dewasa ini oleh teori ini. Ini adalah konsep-konsep mengenai
"kekuatan/daya," atau "energi," dan "kerja".
Telah
ditunjukkan di atas, bahwa menurut pandangan modern, yang kini umumnya
diterima, energi adalah istilah yang dipakai untuk tolakan, sedangkan Helmholtz
lebih banyak memakai kata daya untuk menyatakan tarikan. Orang dapat menganggap
ini suatu perbedaan formal yang tidak penting, sejauh tarikan dan tolakan itu
saling mengompensasi satu sama lain di jagat raya, dan sesuai dengan itu
persoalan segi mana dari hubungan itu yang dianggap sebagai positif dan yang
mana sebagai yang negatif akan tampak sebagai hal yang tidak perlu
dipersoalkan, sebagaimana itu sendiri tidaklah penting manakala absisae
(abscissae) dihitung ke kanan atau ke kiri dari sebuah titik dalam suatu garis
tertentu. Namun, hal ini sama sekali tidaklah demikian mutlaknya.
Karena,
di sini kita tidak mempersoalkan--pertama-tama--alam semesta, tetapi
gejala-gejala yang terjadi di atas bumi dan dikondisikan oleh tertentunya
posisi bumi secara pasti di dalam sistem matahari (tata-surya), dan posisi
sistem matahari dalam alam semesta. Namun, setiap saat, sistem matahari kita
mengeluarkan kuantitas-kuantitas gerak secara luar-biasa besarnya ke ruang
angkasa, dan--lagi pula--gerak dari suatu kualitas yang sangat tertentu, yaitu,
panas matahari, yaitu tolakan. Tetapi bumi kita sendiri memungkinkan keberadaan
kehidupan di atasnya hanya dikarenakan panas matahari, dan pada akhirnya, bumi
pada gilirannya memancarkan panas matahari yang diterimanya ke ruang angkasa,
setelah ia mengubah sebagaian dari panas ini menjadi bentuk-bentuk gerak yang
lain. Karenanya, di dalam sistem matahari dan di atas segala-galanya di atas
bumi, tarikan sudah sangat mengungguli (mengatasi) tolakan. Tanpa gerak tolakan
yang dipancarkan pada kita dari matahari, semua gerak di atas bumi akan
terhenti. Seandainya esok matahari itu menjadi dingin, maka tarikan di atas
bumi akan tetap, dengan semua keadaan lainnya tetap sama, sebagaimana ia adanya
sekarang. Seperti di muka, sebuah batu yang beratnya 100 kilogram, di manapun
batu itu ditempatkan, akan tetap 100 kilogram beratnya. Tetapi gerak itu, baik
yang dari massa-massa dan dari molekul-molekul dan atom-atom, akan
sampai/menjadi yang akan kita anggap sebagai suatu perhentian. Maka dari itu,
jelaslah bahwa bagi proses-proses yang terjadi dewasa ini di atas bumi, sama sekali bukan masalah yang
tak-perlu-dihiraukan apakah tarikan atau tolakan difahami sebagai segi aktif
dari gerak, dan karenanya sebagai "daya," atau "energi".
Sebaliknya, dewasa ini di atas bumi, tarikan sudah menjadi pasif sepenuhnya dikarenakan kemantapannya yang
lebih menentukan di atas tolakan; kita berhutang semua gerak aktif pada suplai
tolakan dari matahari. Karena itu, aliran modern--bahkan apabila masih tetap
tidak jelas mengenai sifat hubungan gerak--betapa-pun, dalam hal kenyataan dan
bagi proses-proses terestrial, bahkan
bagi seluruh sistem mathari, secara mutlak benar dalam memahami energi sebagai
tolakan.
Istilah
"energi" sama sekali tidak secara tepat mengungkapkan seluruh
hubungan gerak, karena ia hanya mencakup satu aspek saja, yaitu aksinya tetapi
penciptaannya tidak. Ia masih membuat seakan-akan "energi" itu
sesuatu yang di luar (eksternal) materi, sesuatu yang ditanamkan ke dalamnya.
Tetapi dalam segala keadaan ia lebih disukai/dipilih daripada ungkapan
"daya".
Sebagaimana
umumnya diakui (dari Hegel hingga Helmholtz), pengertian daya diderivasi dari
kegiatan organisme manusia di dalam lingkungannya. Kita berbicara tentang
kekuatan otot, mengenai daya angkat lengan, mengenai daya loncat kaki, mengenai
daya cerna perut dan sistem intestinal, mengenai daya sensor syaraf-syaraf,
mengenai daya secretori kelenjar-kelenjar, dsb. Dengan kata-kata lain, demi
pengamanan karena mesti memberikan sebab sebenarnya sesuatu perubahan yang
ditimbulkan oleh suatu fungsi organisme kita, kita menggantikannya dengan
sebuah sebab karangan, sesuatu yang disebut daya yang bersesuaian dengan
perubah-an itu. Kemudian kita alihkan metode yang memudahkan ini kepada dunia
eksternal juga, dan dengan begitu membuat penemuan kekuatan-kekutan/daya-daya
sebanyaki adanya beraneka-ragam gejala.
Pada
masa Hegel, ilmu-pengetahuan alam (barangkali
dengan pengecualian ilmu-mekanika langit dan bumi) masih berada dalam keadaan
pandir (naive), dan Hegel dengan tepat sekali menyerang cara penunjukan
(denotasi) daya-daya yang berlaku (pasase yang akan dikutib).51) Seperti itu pula dalam sebuah pasase
lain:
"Adalah lebih
baik (mengatakan) bahwa sebuah magnet mempunyai suatu roh" (sebagaimana Thales menyatakannya)
"daripada bahwa ia mempunyai suatu daya tarikan; daya adalah semacam sifat
yang, terpisahkan dari materi
dikemukakan sebagai sebuah predikat --sedangkan roh, sebaliknya, adalah gerak ini sendiri, identikal dengan sifatnya materi."
(Geschichte der Philosophie, I, hal.
208.)
Dewasa
ini kita lagi menggampangkan persoalan daya-daya. Mari kita dengar Helmholtz:
"Apabila kita
sepenuhnya mengenal sebuah hukum alam, kita juga mesti menuntut bahwa hukum itu
mesti beroperasi tanpa pengecualian... Dengan demikian hukum berhadapan dengan
kita sebagai suatu kekuatan objektif, dan bersesuaian dengan itu kita
menamakannya suatu daya. Misalnya,
kita mengobjektivikasi hukum refraksi cahaya sebagai suatu daya refraktif dari
substansi-substansi transparan, hukum afinitas kimiawi sebagai suatu daya
afinitas dari berbagai substansi satu-sama-lain. Begitulah kita berbicara
mengenai daya elektrik dari kontak metal-metal, mengenai daya adhesi, daya
kapilari, dan begitu seterusnya. Nama-nama ini mengobjektivikasi hukum-hukum
yang terutama hanya mencakup suatu rangkaian terbatas proses-proses alamiah, yang kondisi-kondisinya masih rada-rada rumit....
Daya hanyalah hukum aksi yang diobjektivikasi.... Ide abstrak mengenai daya
yang kita perkenalkan/ajukan hanya menambahkan bahwa kita tidak secara
sewenang-swenang membuat penemuan hukum ini, melainkan bahwa ia adalah sebuah
hukum gejala-gejala yang merupakan keharusan. Karena itu tuntutan kita untuk memahami gejala-gejala alam, yaitu, menemukan hukum-hukumnya, mengambil suatu bentuk ungkapan
yang lain, yaitu, bahwa kita harus menemukan daya-daya
yang menjadi sebab-sebab dari gejala-gejala itu." (Loc. cit., hal.189- 91. Ceramah Innsbruck tahun
1869.)
Pertama-tama,
jelaslah suatu cara "objektivikasi" yang ganjil apabila pengertian
mengenai daya yang semurninya subjektif itu dimasukkan ke dalam
suatu hukum alam yang sudah ditegakkan sebagai bebas dari subjektivitas kita
dan oleh karenanya sepenuhnya bersifat objektif.
Paling-bantar seorang Hegelian-tua dari tipe yang paling tegar dapat
memperkenankan hal seperti itu bagi dirinya, namun tidak bagi seorang
Neo-Kantian seperti Helmholtz. Hukum itu, sekali ia telah dimantapkan, maupun
objektivitasnya ataupun objektivitas aksinya, sedikitpun tidak memerlukan
objektivitas baru dari/oleh kita dengan penginterpolasian suatu daya ke
dalamnya; yang ditambahkan adalah anggapan
subjektif kita bahwa ia bertindak berkat suatu daya yang sejauh ini
sama sekali tidak dikenal/diketahui. Namun makna rahasia dari interpolasi ini
segera tampak ketika Helmholtz memberikan contoh-contoh pada kita: refraksi
cahaya, afinitas kimiawi, listrik kontak, adhesi, kapilaritas, dan mengangkat
hukum-hukum yang menguasai gejala- gejala ini pada peringkat keningratan
"objektif" sebagai daya-daya.
"Nama-nama ini mengobjektivikasi hukum-hukum yang terutama hanya mencakup
suatu rangkaian terbatas proses-proses alamiah, yang kondisi-kondisinya masih rada-rada rumit." Dan justru di
sinilah "objektivikasi" itu, yang lebih bersifat subjektivikasi,
memperoleh maknanya; tidak karena kita telah menjadi sepenuhnya mengenal hukum
itu, melainkan justru karena tidak demikianlah
kenyataannya. Justru karena kita belum
jelas mengenai "kondisi-kondisi yang rada-rada rumit" dari
gejala-gejala ini, kita sering mencari pelarian kita dalam kata daya itu.
Dengan begitu kita tidak menyatakan pengetahuan kita, melainkan (justru) kekurangan/ketiadaan pengetahuan kita mengenai
sifat hukum itu dan gaya aksinya. Dalam pengertian ini, sebagai suatu ungkapan
singkat bagi suatu pertautan sambil-lalu yang masih belum dijelaskan, sebagai
suatu ungkapan asal-jadi, ia mungkin lolos ke dalam pemakaian dewasa ini.
Apapun saja daripada yang dari kebatilan. Dengan hak yang sama absahnya
sebagaimana Helmholtz menjelaskan gejala-gejala fisikal dari apa yang dinamakan
daya refraktif, daya kontak elektrikal, dsb., para skolastik abad-pertengahan
menjelaskan perubahan-perubahan temperatur (suhu) melalui/dengan suatu vis calorifica dan vis
frigifaciens dan dengan demikian mengamankan/menyelamatkan diri
mereka dari semua penelitian lebih lanjut mengenai gejala-gejala panas.
Dan
bahkan dalam arti ini ia sungguh malang, karena ia mengungkapkan segala sesuatu
dengan cara yang berat-sebelah. Semua proses alam adalah bersegi-dua, mereka
didasarkan pada hubungan setidak-tidaknya dua bagian operatif, aksi dan reaksi.
Namun, pengertian daya, karena asal-usulnya dari aksi organisme manusia atas
dunia eksternal, dan selanjutnya dari mekanika bumi, berarti bahwa hanya satu
bagian yang aktif, operatir, sedangkan bagian lainnya adalah pasif, nerimo;
karenanya ia menetapkan suatu perluasan perbedaan yang belum dapat diperagakan
di antara jenis-jenis kelamin pada objek-objek mati (tidak hidup). Reaksi dari
bagian kedua, yang padanya daya itu bekerja, paling-paling tampil sebagai suatu
reaksi pasif, sebagai suatu tentangan.
Nah, gaya konsepsi ini diperkenankan dalam sejumlah bidang, bahkan di luar
mekanika murni, yaitu, di mana ia menjadi masalah pengalihan gerak secara
sederhana dan penghitungan kuantitatifnya. Tetapi, dalam proses-proses fisikal
yang lebih rumit, ia tidak mencukupi, sebagaimana dibuktikan oleh contoh-contoh
Helmholtz sendiri. Daya refraktif itu sama kuatnya terletak dalam cahaya itu
sendiri seperti dalam benda-benda transparan itu. Dalam hal adhesi dan
kapilaritas, jelaslah bahwa "daya" itu sama kuatnya berada dalam
permukaan yang padat seperti dalam permukaan yang cair. Bagaimanapun, dalam
listrik kontak, halnya sudah jelas, yaitu, bahwa kedua
metal menyumbang padanya, dan "afinitas kimiawi" juga
berada--kalaupun di manapun--dalam kedua
bagian yang memasuki perpaduan/penggabungan. Tetapi suatu daya yang terdiri
atas dua daya yang terpisah, suatu aksi yang tidak menimbulkan reaksinya,
tetapi yang mencakup dan menanggung ini di dalamnya sendiri, bukanlah daya
dalam pengertian mekanika terestrial, satu-satunya ilmu-pengetahuan di mana
seseorang sungguh-sungguh mengetahui apa yang dimaksudkan dengan suatu daya.
Karena kondisi-kondisi pokok dari mekanika terestrial adalah, pertama-tama,
penolakan untuk meneliti sebab-sebab dari impuls itu, yaitiu, sifat dari daya
tertentu, dan, kedua, pandangan mengenai kebersegi-satunya daya, karena di
mana-mana ia ditentang oleh suatu daya gravitasional yang identikal, sedemikian
rupa sehingga dibandingkan dengan jarak jatuh terestrial yang manapun, maka
jarak-tempuh (radius) bumi = "tak-terhingga".
Tetapi,
mari kita lebih lanjut melihat bagaimana Helmholtz "mengobjektivikasi
daya-dayanya" ke dalam hukum-hukum alam.
Dalam
sebuah ceramah di tahun 1854 (loc. cit.,
hal.119)52) ia memeriksa simpanan daya kerja
yang aslinya dikandung dalam nebula sferikal dari mana sistem matahari kita
dibentuk.
"Sesungguhnya
ia menerima suatu warisan yang luar-biasa besarnya dalam hal ini, sekalipun
dalam bentuk daya tarikan umum dari semua bagiannya satu-sama-lain."
Hal
ini tidak dapat disangkal. Tetapi adalah sama tidak-dapat-disangkal bahwa
keseluruhan dari warisan gravitas atau gravitasi ini hadir tanpa berkurang di
dalam sistem matahari sekarang, kecuali--barangkali-- kuantitas yang teramat
kecil yang hilang bersama materi yang mungkin dilempar keluar secara
tidak-terelakan ke ruang angkasa.
"Daya-daya
kimiawi juga mesti sudah ada/hadir dan siap untuk beraksi/bertindak; tetapi,
karena daya-daya ini hanya bisa menjadi efektif dalam kontak akrab berbagai
jenis massa, maka kondensasi mesti terjadi sebelum mereka berperan." (hal.
120)
Apabila,
seperti yang dilakukan Helmholtz di atas ini, kita memandang daya-daya kimiawi
ini sebagai daya-daya afinitas, artinya sebagai tarikan,
maka kembali kita mau-tak-mau mesti mengatakan bahwa jumlah-total daya-daya
kimiawi dari tarikan ini masih ada tanpa berkurang di dalam sistem matahari.
Tetapi
pada halaman yang sama, kepada kita Helmholtz memberikan sebagai hasil
perhitungan-perhitungan,
"bahwa
barangkali hanya 454-bagian dari daya mekanikal asli yang terdapat seperti
itu"-- yaitu, dalam sistem matahari itu.
Bagaimana
orang mesti mengartikan itu? Daya tarikan, baik yang umum maupun yang kimiawi,
masih hadir tanpa gangguan apapun di dalam sistem matahari. Helmholtz tidak
menyebutkan sumber tertentu lainnya dari daya itu. Bagaimanapun, menurut
Helmholtz, daya-daya ini telah melakukan pekerjaan yang luar-biasa. Namun
semuanya itu tidak berkurang ataupun bertambah karenanya. Seperti halnya dengan
berat lonceng yang tersebut di atas, demikian pula dengan setiap molekul di
dalam sistem matahari dan seluruh sistem matahari itu sendiri. "Beratnya
tidak hilang ataupun berkurang." Yang terjadi dengan karbon dan oksigen
sebagaimana yang disebutkan, berlaku pula bagi semua unsur kimiawi: jumlah
kuantitas tertentu dari masing-masingnya tetap, dan "jumlah daya afinitas
terus ada dengan sama kuatnya seperti pada waktu sebelumnya." Lalu, apakah
yang telah hilang? Dan "daya" apakah yang telah melakukan kerja
luar-biasa yang adalah 453 kali lebih besar daripada yang, menurut
perhitungannya, masih mampu dilakukan oleh sistem matahari itu? Hingga di sini
Helmholtz tidak memberikan jawaban. Namun lebih lanjut ia mengatakan:
"Apakah
[dalam nebula sferikal asli] suatu _cadangan daya dalam bentuk panas _masih
hadir, kita tidak tahu."
Tetapi,
jika kita diperkenankan menyebutkannya, panas itu adalah suatu "daya"
tolakan, karenanya ia bertindak berlawanan
dengan tarikan gravitasi maupun kimiawi, yaitu berarti minus apabila ini
ditempatkan sebagai plus. Maka apabila, menurut Helmholtz, cadangan daya asli
itu terdiri atas tarikan umum dan
kimiawi, suatu cadangan panas ekstra mestilah, tidak ditambahkan pada cadangan
daya itu, melainkan ditarik/dikurangi darinya. Jika tidak demikian halnya maka
panas matahari mestilah memperkuat
daya tarikan bumi apanbila ia menyebabkan air meng-uap ke arah lawan tarisan ini, dan uap air itu naik; atau
panas sebuah pipa (tube) besi pijar yang dilalui uap akan memperkuat tarikan kimiawi oksigen dan
hidrogen, yang membuatnya tidak beraksi. Atau, untuk membuat jelas hal yang
sama itu dalam suatu bentuk lain: mari kita menganggap bahwa nebul sferikal
dengan radius r, dan karenanya dengan
volume 4/3 o r?mempunyai suatu suhu t.
Selanjutnya mari kita anggap sebuah nebul sferikal kedua dari massa yang sama
pada suhu lebih tinggi T mempunyai
radius R yang lebih b esar dan volume
4/3 o r? Kini menjadi jelas bahwa dalam nebula kedua, tarika n itu, baik yang
mekanikal maupun yang fisikal dan kimiawi, dapat bertindak dengan daya yang
sama seperti pada nebula pertama ketika ia mengkeret dari radius R menjadi radius r,
yaitu, ketika ia telah memancarkan panas itu ke angkasa sesuai dengan perbedaan
suhu T-t.
Suatu nebula yang lebih panas oleh karenanya berkondensasi lebih
lambat/belakangan daripada nebula yang lebih dingin; Dan sebagai
konsekuensinya, panas itu, yang dari pendirian Helmholtz dipandang sebagai
suatu rintangan bagi kondensasi, bukanlah suiatu plus melainkan suatu minus
dari "cadangan daya." Helmholtz, dengan mengan daikan kemungkinan
sejumlah gerak tolakan dalam bentuk
panas menjadi ditambahkan pada bentuk-bentuk gerak tarikan,
jelas-jelas melakukan suatu kesalahan perhitungan.
Sekarang,
mari kita tempat keseluruhan dari "cadangan daya" ini, yang mungkin
maupun yang dapat didemon strasikan, di bawah tanda matematikal yhang sama
sehingga suatu tambahan menjadi mungkin. Karena sementara ini kita tidak dapat
membalikkan panmas dan menggantikan tolakannya dengan t arikan setara, kita
terpaksa melaksanakan pembalikan ini dengan kedua bentuk tarikan. Kemudian,
gantinya daya tarikjan umum, gantinya afinitas kimiawi, dan gantinya panas,
yang lagipula mungkin sudah ada sejak awal, kita cuma mesti menempatkan jumlah
gerak tolakan atau yang disebut energi yang terdapat di dalam sfera serba-gas
pada saat ia menjadi bebas. Dan dengan melakukan hal itu maka perhitungan
Helmholtz juga menjadi sahih, dalam hal ia bermaksud memperhitungkan
"pemanasan yang mesti lahir dari perkiraan kondensasi awal benda-benda
langit dari sistem kita dari materi serba-nebula yang berserakan." Dengan
mereduksikan seluruh "cadangan daya" pada panas, tolakan, ia juga
membuatnya mungkin untuk menambah pada perkiraan cadangan daya panas itu.
Perhitungan itu kemudian menyatakan bahwa 453/454 dari semuya energi, yaitu
tolakan, yang aslinya terdapat di dalam sfera serba-gas telah
diradiasikan/dipancarkan ke angkasa dalam bentuk panas, atau, agar lebih
tepatnya, bahwa jumlah dari semua tarikan dalam sistem matahari sekarang dalam
hubungannya dengan jumlah semua tolakan, masih terdapat di dalam yang sama,
yaitu 454:1. Tetapi ia dengan demikian secara langsung mengingkari teks ceramah
yang kepadanya hal itu ditambahkan sebagai bukti.
Maka,
apabila pengertian daya, bahkan dalam kasus seorang ahli fisika seperti
Helmholtz, menimbulkan kekacauan gagasan seperti itu, ini merupakan bukti
paling kuat bahwa ia sama sekali tidak mempan bagi penggunaan ilmiah di semua
cabang penelitian yang melampaui ilmu mekanika matematikal. Dalam ilmu mekanika
sebab-sebab gerak dianggap tertentu dan asal-usulnya tidak dipandang, hanya
efek-efeknya yang diperhitungkan. Maka, apabila suatu sebab dari gerak
diistilahkan suatu daya, ini tidak mengganggu ilmu mekanika sendiri; tetapi
telah menjadi kebiasaan untuk mengalihkan istilah ini juga pada ilmu fisika,
kimia, dan biologi, dan kemudian kekacauan itu menjadi tidak terelakkan. Kita
sudah melihat hal ini dan kelak akan acapkali menyaksikannya lagi.
Untuk
konsep mengenai kerja, lihat bab berikutnya.
Catatan:
*) Pada
bagian tepi manuskrip itu tertulis catatan berikut ini dengan pensil:
"Kant (mengatakan), halaman 22, bahwa ketiga dimensi ruang itu bergantung
pada kenyataan bahwa tarikan atau tolakan ini terjadi dalam proporsi terbalik
dengan kwadrat (hasil perkalian) jarak itu."47)
**)
Helmholtz, dalam Pop. Vortr., 50)_II,
hal. 113, agaknya telah menjulukkan sebagian tertentu dari bukti ilmiah-alam
dari azas Descartes mengenai kekekalan (immutability) gerak secara kuantitatif
pada dirinya sendiri maupun pada Mayer dan Colding. "Aku sendiri, tanpa
mengetahui sedikitpun akan Mayer dan Colding, dan hanya berkenalan dengan
eksperimen-eksperimen Joule pada akhir karyaku, telah
menempuh jalan yang sama; aku menyibukkan diriku terutama dengan
menyelidiki semua hubungan antara berbagai proses alam yang dapat dideduksi
dari gaya pertimbangan tertentu, dan aku mengumumkan
penelitian-penelitianku pada tahun 1847 dalam sebuah karya kecil
yang berjudul Über die Erhaltung der Kraft."--Tetapi,
dalam karya itu tidak dijumpai yang baru bagi posisi itu pada tahun 1847
kecuali perkembangan tersebut di atas, yang secara matematikal sangat berharga,
bahwa "konservasi daya" dan aksi sentral dari kekuatan-kekuatan yang
aktif di antara berbagai benda sesuatu sistem hanyalah dua ungkapan yang
berbeda dari hal yang sama, dan lebih jauh suatu perumusan yang lebih cermat
mengenai hukum bahwa jumlah dari tenaga-tenaga yang hidup dan tensional dalam
sesuatu sistem mekanikal tertentu
adalah konstan. Dalam semua hal lainnya ia sudah didahului sejak makalah kedua
Mayer di tahun 1845. Pada tahun 1842 Mayer sudah menyatakan mengenai
"tidak-dapat-hancurnya kekuatan/daya," dan dari pendirian barunya
pada tahun 1845 ia sudah berbicara tentang hal-hal yang jauh lebih cemerlang
mengenai "hubungan-hubungan antara berbagai proses alam" daripada
yang diungkapkan Helmholtz pada tahun 1847.
Alih
bahasa: Ira Iramanto
0 komentar:
Posting Komentar