Istilah metode
berasal dari bahasa yunani methodeuo yang
berarti mengikuti jejak atau mengusuk, menyelidiki dan meneliti yang berasal
dari kata methodos dari akar kata meta (dengan ) dan hodos (jalan ). Dalam hubungan dengan suatu upaya yang bersifat ilmiah,
metode berarti cara kerja yang teratur dan sistematis yang digunakan untuk
memahami suatu objek yang di permasalahkan, yang merupakan sasaran dari ilmu
tertentu.
Metode tidak
sekedar menyusun dan menghubungkan bagian-bagian pemikiran yang terpisah-pisah,
melainkan juga alat yang paling utama dalam proses dan perkembangan ilmu
pengetahuan sejak dari awal dari suatu penelitian hingga mencapai pemahaman
baru dan kebenaran ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan. Metode yang tepat
dan benar akan menjamian kebenaran nyang diraih.
Oleh karena itu,
setiap cabang ilmu pengetahuan harusa mengembangkan metodelogi yang sesuai
dengan objek studi ilmu pengetahuan itu sendiri. Ini merupakan suatu keharusan
karena sesungguhnya tidak ada suatu metode yang cocok bagi semua bidang ilmu
pengetahuan.
Sehubungan
derngan itu, fuad hassan dan koentjoroningkrat memperingatkan:
….. Bahwa suatu metode dipilih dengan
memepertimbangakan kesesuaiannya dengan objek studi; kecenderungan untuk menempuh
jalan sebaliknya ( yaitu untuk mencocok-cocokan objek studi dengan metodik yang
asal-asal saja ) sesungguhnya keliru.Catatan ini ditambahkan disini khususnya
karena adanya kecenderungan yang kuat untuk mengagungkan kuantifikasi terhadap
berbagai gejala yang sesungguhnya sukar diukur.
Dengan demikian,
setiap disiplin ilmu seyogyanya memiliki metode sendiri, namun harus segera
ditegaskan pula bahwa filsafat sesungguhnya tidak memiliki metode tunggal yang
digunakan oleh semua filusuf sejak saman purba hingga sekarang ini. Tidak
berlebihan bila dikatakan bahwa pada bidang filsafat, jumlah filsafat (
demikian juga jumlah metode filsafatnya ) adalah sebanyak jumlah filsafatnya.
Dengan kata lain, sangat banyak metode filusuf yang digunakan oleh para filusuf
dari dahulu sampai sekarang ini.
Metode – metode
filsafat yang dibicarakan berikut ini adalah metode-metode yang pernah
dikembangkan sepanjang sejarah filsafat, teristimewa yang memiliki pengaruh
cukup kuat bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan pada umumnya.
METODE ZENO: REDUCTIO AD ABSURDUM
Zono adalah
seorang murid perminides yang termasyhur, yang terkenal sebagi filusuf
metafisika barat yang pertama. Zeno lahir di Elea
pada tahun 490 SM. Ia sangat cerdas, dan kecerdasannya begitu mengagumkan
banyak orang, termasuk para penguasa, sehingga sama seperti gurunya ia memiliki
pengaruh besar dalam kehidupan politik
kota Elea. Sejak usia muda, ia telah menulis buku-buku yang terkenal, tetapi
sayang semuanya hilang. Kemasyurannya bukan hanya diakui oleh Plato, melainkan
juga oleh aristoteles, murid plato yang hidup seratus tahun sesudah zeno.
Aristoteles mengatakan bahwa dialektika, selaku
cabang logika yang mempersoalkan argumentasi berdasarkan hipotesis yang
dikemukakan oleh lawan bicara, sesungguh nya ditemukan oleh zeno. Memang, zeno
dikenal sebagai seorang pemikir jenius yang berhasil mengembangkan metode untuk
menemukan kebenaran, dengan membuktikan kesalahan-kesalahan premis lawan, yang
caranya ialah mereduksikannya menjadi suatu kontradiksi sehingga konklusinya
pun menjadi mustahil (reductio ad
absurdum).
Zeno sependapat
dengan permenides yang mengatakan bahwa realitas yang sesungguhnya didalam
semesta ini hanya satu. Untuk
mempertahankan monisme dari serangan pluralisme, dengan metode reduktio ad absurdum Zeno mengatakan bahwa seandainya ada
banyak titik yang terdapat diantara titik A dan B, berarti kita juga harus
mengakui adanya suatu jumlah tak terbatas karena akan senantiasa terdaat titik diantara
titik-titik itu, dan demikian seterusnya. Jika banyaknya titik itu tak
terbatas, jarak yang tak terbatas antara A dan B tidak mungkin dapat
terlintasi. Akan tetapi, ternyata orang dapat berjalan dari A ke B, dan itu
berarti bahwa jarak A ke B dapat dilintasi. Jika jarak A ke B dapat dilintasi,
pastilalah jarak A ke B itu tidak terbatas. Oleh kerena itu, hipotesis semula,
yang menyatakan bahwa ada banyak titik yang terdapat diantara titik A dan B adalah tidak benar. Jadi, jelas bahwa pluralitas itu absurd, tidak masuk akal dan
mustahil.
Parmenides juga
pernah mengatakan bahwa tidak ada ruang kosong, yang berarti bahwa yang ada
tidak berada dalam ada yang lain karena yang ada senantiasa mengisi seluruh
tempat. Untuk membuktikan kata-kata gurunya itu, Zeno mengatakan bahwa
seandainya ada ruang kosong, ruang kosong itu berada dalam ruang kosong yang
lain dan ruang yang kosong itu berada dalam ruang yang kosong pula dan dimikian
seterusnya tidak terbatas. Itu berarti senantiasa ada ruang didalam ruang. Oleh
karena itu, jika dikatakan yang ada berada dalam ada yang lain, jelaslah bahwa
pernyataan itu tidak benar. Yang benar adalah yang ada tidak berada dalam ada
yang lain. Tegasnya, ruang kosong itu tidak mungkin berada dalam ruang kosong
yang lain karena yang ada itu senantiasa mengisi seluruh tempat sehingga
hipotesis yang mengatakan bahwa ruang kosong itu ada merupakan sesuatu yang
absurd.
Permanides pun
pernah mengatakan bhawa jika ruang kosong itu tidak ada, berarti bahwa gerak
pun tidak ada. Ini karena jika dikatakan bahwa gerak itu ada, berarti ruang
kosong pun harus ada karena gerak hanya mungkin terjadi apabila ada ruang
kosong. Untuk membuktikan kebenaran ajaran gurunya itu, Zeno mengemukakan empat
contoh sebagai berikut:
- Dikotomi paradoks. Zeno mengatakan bahwa apabilaada ruang kosong yang membuat sutujarak tertantu, sesungguhnya jarak itu tidak terbatas. Jarak itu tak terbatas karena dapat dibagi lagi kedalam jarak-jarak tertentu yang juga tak terbatas jumlahnya karena jarak-jarak tertantu itu pun masih dapat dibagi lagi ke dalam titik yang tidak ada habis-habisnya. Jika memang ada gerak, pelaku gerak yang hendak menempuh suatu jarak terlebih dahulu harus menempuh setengah jarak dari jarak itu sehingga ketitik-titik yang tak terbatas, sehingga tentu saja si pelaku gerak itu tidakkan pernah sampai di garis akhir dari jarak yanng hendak ditempuhnya. Jika demikian, sesungguhnya gerak itu merupakan suatu yang absurd.
- Akhilles, si juara lari. Apabila Akhilles, sijuara lari dalam mitologi yunani, hendak bertanding lari dengan seekor kura-kura yang ditempatkan dalam jarak tertentu di depan akhilles, kendati akhilles dapat gerlari bagaikan kilat, ia rtidak pernah dapat menyusul, apalagi melewati kura-kura itu. Kura-kura itu senantiasa berada didepan Akhilles. Karena seandainya akhilles dapat mengayunkan dua puluh langkah ketika kura-kura mengayunkan satu langkah, maka sesudah Akhilles mengayungkan dua puluh langka, si kura-kura telah berada satu langkah didepan Akhilles. Jikalau Akhilles terus maju dua puluh langkah lagi, si kura-kura telah berada seperdua puluh langkah di depan Akhilles dan demikian seterusnya sampai tak terhingga. Jadi Akhilles tidak akan pernah dapat mengejar kura-kura itu. Dengan demikian, gerak itu merupakan suatu yang absurd.
- Anak panah. Apabila sebuah anak panah dilemparkan dari busurnya, apakah anak panah itu benar bergerak? Yang terjadi ialah bahwa pada setiap anak panah itu berada ditempat anak panah itu sedang berada. Di setiap tempat anak panah itu berada, sesungguhnya anak panah itu sedang berhenti dan diam di situ. Jadi, jelas bahwa setiap saat anak panah itu berada di tempat tertentu dalam keadaan diam. Apakah berdiamnya anak panah de setiap tempat tertentu merupakan suatu gerak? Jika benar demikian, apa yang disewbut gerak itu tidak lain daripada rangkaian diam di tempat. Lalu, benarkahyang diam itu bergerak? Oleh karena itu, sesungguhnya gerak merupakan sesuatu yang absurd.
- Benda yang bergerak bertentangan. Kondisi ini terjadi apabila dua benda padat yang sangat kecil memiliki ukuran sama dan bergerak dalam kecepatan sama dengan debngan arah yang saling bertentangan; di samping itu, ada lagi benda yang sama berada dalam keadaan diam. Kedua benda yang bergerak itu akan melewati benda yang tidak bergerak dalam suatu unit waktu yang minimum. Kedua benda yang bergerak itu akan saling berpapasan dalam waktu yang lebih singkat daripada unik waktu yang minimum tersebut. Akan tetapi, kedua-duanya merupakan unit waktu yang minimum sehingga dapat disimpulkan bahwa yang setengah sama dengan yang satu. Oleh sebab itu gerak adalah sesuatu yang absurd.
Metode Zeno
memberi nilai abadi bagi filsafat karena memang tidak tidak satupun pernyataan
yang melahirkan pertentangan dapat dianggap benar. Hukum tiada pertentangan (the low of non-controdiction) merupakan
salah satu prinsip fundamental dalam logika. Metode yang dikembangkan oleh Zeno
sangat berguna dalam suatu perdebatan karena dengan metode itu ia telah memberi
dasar yang kokoh bagi argumentasi-argumentasi yang rasional dan logis. Zeno
juga dikenal sebagai orang yang pertama menggunakan metode dialektik, dalam arti mencari kebenaran lewat perdebatan
atau bersoal jawab secara sistematis.
METODE SOKRATES: MAIEUTIK DIALEKTIS KRITIS INDUKTIF
Kendati Sokrates
(470-399 SM) dianggap sebagai salah seorang filusuf besar sepanjang zaman, pada
kenyataannya ia tidak pernah menulis sesuatu apapun juga sehingga tidak
seorangpun dapat memaparkan pemikiran-pemikiran Sokrates berdasarkan hasil
karya tulisannya sendiri Sokratyes hanya dikenal lewat berbagai karya tulis
murid-muridnya, yakni Aristophanes, Xenophon, Plato, dan karya tulis murid
Plato, Aristoteles. Ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan Sokrates yang
ditampilkan oleh keempat orang itupun tak begitu jelas dan begitu lengkap.
Lewat berbagai
karya tulis Plato, yang terlihat jelas ialah bahwa pemikiran-pemikiran Sokrates
terpusat pada manusia. Dengan kata lain, manusia menjadi titik perhatian paling
utama dalam filsafat sokrates. Sambil menempatkan manusia di pusat perhatian
filsafatnya, Sokratres berangkat dari kehidupan sehari-hari yang konkrit.
Sokrates menolak subjektivisme dan relativisme dari kaum sofis yang menyebabkan
timbulnya skeptisisme. Bagi Sokrates, kebenaran objektif yang hendaknya dicapai
bukanlah semata-mata untuk membangun suatu ilmu pengetahuan terotis yang
abstrak, tetapi justru untuk meraih kebijakan karena, menurut sokrates,
filsafat adalah upaya untuk mencapai kebijakan. Kebijakan itu harus tampak
lewat perilaku manusia yang pantas, yang baik dan terpuji. Kebijakan mengantar
manusia ke gerbang kebahagian sejati. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa
siapa mengetahui dan oleh sebab itu memiliki kebenaran objektif dan bertingkah
laku sesuai dengan kebenaran objektif itu, merekalah y6ang da[at mencepai
kebenaran sesungguhnya.
Untuk mencapai
kebenran objektif itu, sokrates menggunakan suatu metode yang dilandaskan pada
suatu keyakinan yang amat erat digenggamnya. Sokrates begitu yakin bahwa
pengetahuan akan kebenaran objektif itu tersimpan dalam jiwa setiap orang sejak
masa praeksistensinya. Karena itu, Sokrates tidak pernah mengajar tentang
kebenaran itu, melainkan berupaya menolong untuk mengungkapkan apa yang memang
ada dan tersimpamn di dalam jiwa seseorang. Sokrates mengatakan bahwa seperti
apa yang dilakukan oleh ibunya,yang sering menolong orang melahirkan ( ibunya
seorang bidang ), demikianlah pula yang dilakukannya. Ia menolong orang untuk
“melahirkan” pengetahuan kebenaran yang dikandung oleh jiwanya. Sokrates merasa
terpanggil untuk melakukan tugas yang mirip dengantugas ibunya itu, maka cara
yang digunakannya pun disebutnya maieutika
tekhne (teknik kebidanan)
Sokrates
memperaktekan teknik kebidanan itu lewat percakapan.Sokrates senantiasa
menggunakan setiap kesempatan untuk berdialog dengan siapa saja yang berjumpa
dengan dia. Lewat pertcakapan demikian itulah ia melihat dengan jelas adanya
kebenaran-kebenaran individual yang ternyata bersipat universal. Dengan
demikian, ia telah memperkokoh dasar berfikit induktif yang kemudian akan
kembangkan oleh para pemikir lainnya.
Dalam
dialog-dialog yang dilakukannya, Sokrates melibatkan diri secara aktif dengan
menggunakan argumentasi rasional yang didukung oleh analisis yang cermat
tentang apa saja, dalam menunjukian perbedaan, pertentangan, penolakan,
menyaring, membersihkan, serta menjelaskan keyakinan dan pendapat demi lahirnya
kebenaran objektif. Lewat dialog-dialog kritis serupa itulah, Sokrates berupaya
mengiring orang untuk menemukan kebenaran yang sesungguhnya.
Karena sokrates
selalu mengasjak orang untuk bercakap-cakap. Metode yang digunaknnya itu
disebut metode dialektik. Istilah dialektika berasal dari kata kerja yunani dialegesthai, yang berarti
bercakap-cakap. Kata dialektik sdalam ungkapan metode dialektik Sokrates
memiliki arti yang sangat dekat dengan arti harfiah kata yunani tersebut. Ada pula yang menyebut
metode dialektik sebagai metode intorogasi (interrogation method). Kendati
metode dialektik bukanlah ciptaan sokrates, dapat dikatakan Sokrates yang
memperaktekan dan mengembangkan metode tersebut dengan baik.
METODE PLATO: DEDUKTIF SPEKULATIF TRANSENDENTAL
Seberanya dapat
dikatakan bahwa metode Soktares adalah juga metode Plato. Akan tetapi, cukup
banyak ahli yang menganggap bahwa Plato jauh melampaui Saokrates dalam
filsafat. Memang, Plato ingin mengabdikan gagasan dan pemikiran gurunyayang
amat dikasihinya, tetapi tidak berarti bahwa Plato tidak memiuliki gagasan dan
peikiran yang orosinil. Bahkan, ada yang menganggap bahwa Plato meminjam nama
Soktares untuk mengabadikan gagasan dan
pemikiranya sendiri. Yang pasti, Sokrates adalah Sokrates dan Plato adalah
Plato.
Jika Soktates
memusatkan perhatiannya pada persoalan manusia, Khususnya masalah-masalah etis,
Plato memusatkanperhatriannya pada bidang yang amat luas, yaitu mencangjup
seluruih ilmu pengetahuan. Dari berbagai ilmum pengetahuanyang diminatinya itu,
eksaktalah yang memeperoleh tempat yang istinewa. Kaena itu tidak heranlah
apabila Plato ikut serta dalam menetapkan dasar bagi penalaran deduktif yang
terlihat jelas lewat argumentasi-argumantasi deduktif yang amat cermat dan
sistematis.
Pada umumya para
ahli membagi dialog-dialog Plato kedalam tiga priode:
- Priode dialog-dialog awal, disebut juga sebagi peride penyelidikan (inquiri);
2. Priode dialog-dialog pertengahan, disebut juga sebagai prode spekulasi/pemikiran (speculation);
- priode dialog-dialog akhir, disebut juga sebagai prode kritisisme, penilaian, dan aplikasi (critisem, apparasial, and application).
Dalam
dialog-dialog awal, khususnya Hippias,Gorgias,Protagoras, Euthydemus, Meno,
minor, dan Cleitophon, Plato menyanggah para sofis yang menolak spekulasi,
sains, teori etika dan tradisi.
Dalam
dialog-dialog pertengahan terlihat berkembang suatu filsafat sistematis.
Hasil-hasil pemikiran yang begitu abstrakmelahirkan teori-teori yangdituangkan
kedalam enam tema pokok, yaitu:
- Teori tentang bentuk-bentuk ( the theory of forms ), yang dikenal juga sebagai teori tentang ide-ide;
- Sifat cinta ( The nature of Love )
- Metode Dialektika ( The methode of Dialectic );
- Bentuk atau ide tentang Kebaikan ( The form of Good )
- Sifat jiwa ( The Nature of saul );
- Masyarakat Ideal ( The Ideal society ).
Memperhatikan
keenam teori tersebut diatas, tepatlah apabila dikatakan bahwa periode
dialog-dialog pertengahan disebut sebagai periode spekulasi. Adapun dialog dialog
pada periode akhir merupakan suatu upaya untuk mengaplikasikan secara rinci
sistem spekulatif yang agung itu (detailed aplication of the great speculative
system).
Inti dan dasar
seluruh filsafat Plato ialah ajaran tentang ide-ide. Plato percaya abahwa ide
yang terungkap oleh pikiran lebih nyata daripada objek-objek material yang
terlihat oleh mata. Keberadaan bunga, pohon, burung, manusia, dan sebagainya
bisa berubah-ubah dan akan berakhir. Adapun ide tentang bunga, pohon, burung
dan manusia tidak akan berubah dan kekal adanya. Karena itu, hanya ide yang
merupakan realitas yang sesungguhnya dan abadi. Dunia indrawi adalah suatu
realitas yangtidak tetap dan berubah-ubah, dan ituylah yang dihadapim manusia
hic et nunc. Adapun dunia ide suatu realitas yang tidak bisa dilihat, dirasa,
dan didengar, dunia yang benar-benar objektif dan diluar pengalaman manusia.
Apa yang disebut pengatahuan sebenarnya hanya merupakan ingatan terhadap apa
yang telah diketahuinya di dunia ide konon sebelum berada di dunia indrawi,
manusia pernah berdiam di dunia ide. Jelas bahwa dunia ide itu berada diluar
pengalaman manusia di dunia, mengatasi realitas yang tampak, dan keberadaannya
terlepas dari dunia indrawi. Karena itu, sistem permikiran Plato bersifat
transendental. Karena itu pula, secara menyeluruh dapat dikatakan metode
filsafat Plato adalah metode deduktif spekulatif transendental.
METODE ARISTOTELES: SILOGISTIS DEDUKTIF
Aristoteles
(384-322 SM) mengatakan bahwa ad dua metode yang dapat digunakan untuk menarik
kesimpulan demi memperoleh pengetahuan dan kebenaran baru. Kedua metode ini
disebut metode induktif dan deduktif. Induksi (epagogi) ialah cara menarik
konklusi yang bersifat umum dari hal-hal yang khusus. Adapun deduksi
(apodiktik) ialah cara menarik konklusi berdasarkan dua kebenaran yang pasti dan
tidak diragukan, yang bertolak dari sifat umum ke khusus. Indsuksi berangkat
dari pengamatan dan pengetahuan indrawi yang
berdasarkan pengalaman, sedangkan deduksi sebaliknya terlepas dari
pengamatan dan pengetahuan indrawi yang berdasarkanpengalaman itu.
Sebenarnya
Aristoteles menerima baik induksi maupun deduksi, akan tetapi dikenal sebagi
filusuf barat pertama yang secara rinci dan sistematis mneyusun
ketentuan-ketentuan dalam penalaran deduktif,. Ia senantiasa dihubungkan dengan
pengalaman deduktif.
Baik induksi
maupun deduksi di paparkan oleh aristoteles di dalam logika. Tidak dapat
disangkal bahwa logika adalah salah satu karya filsafati besar yang dihasilkan
oleh Aristoteles, yang menyebabkan ia sering disebut sebagai pelopor, penemu,
atau bapak logika kendati itu tidak berarti sebelum Aristoteles belum ada
logika.
Sebenarnya
istilah logika tidak pernah digunakan oleh Aristoteles. Untuk meneliti berbagai
argumentasi yang berangkat dari proposisi-proposisi yang benar, dipakainya
istilah analitika. Asapun untuk untuk meneliuti berbagai
argumentasi-argumenatsi yang bertolak dari dari proposisi-proposisi yang
diragukan kebenarannya, dipakainya istilah dialektika. Logika sebagaimana dalam
arti yang kita kenal sekarang mulai digunakan oleh Alexander Aphodisisas pada
awal abad ke-3 SM.
Inti logika
adalah siligisme, dan silogisme sebagai suatu alat dan mekanisme penalaran
untuk menarik konklusi yang benar berdasarkan premis-premis yang benar adalah
suatu bentuk formal dan penalaran deduktif. Bagi Aristoteles, deduksi merupakan
metode terbaik untuk memperoleh konklusi demi meraih pengetahuan dan kebenaran
baru. Itulah sebabnya mengapa metode Aristoteles disebut metode silogistis
deduktif.
Silogisme adalah
penemuan Aristoteles yang murni dan terbesarb dalam logika. Aristoteles tidak
menggunakan silogisme semata-mata untuk menyusun argumentasi-argumentasi bagi
suatu perdebatan, namun terutama sebagai metode dasar bagi pengembangan suatu
bidang ilmu pengetahuan. Karena itu, Aristoteles tidak memasukkan logika
keda;lam salah satu kelomok dari ketiga kelompokmenurut pembagian ilmu
pengetahuan yang disusunnya.
Silogisme
sebagai suatu bentuk formal dari deduksi, terdiri atas tiga proposisi.
Proposisi pertama dan proposisi kedua disebut sebagai premis, sedangkan
proposisi ketiga disebut sebagai konklusi yang ditarik dari proposisi pertama
dengan bantuan proposisi kedua. Jadi setiap silogisme terdiri atas dua premis dan
satu konklusi. Tiap-tiap proposisi itu harus memiliki dua term. Jadi setiap
silogisme harus memiliki enam term. Akan tetapi, dalam setiap terma dalam suatu
silogisme senantiasa disebut dua kali, sebenarnya dalam setiap silogisme hanya
terdap tiga term. Apabila proposisi yang ketiga, yaitu proposisi yang disebut
konklusi, diperhatikan dengan seksama, pada proposisi ketiga itu terdapat dua
term dari ketiga term yang disebut tadi. Yang menjadi subjek konklusi disebut
term minor, dan yang menjadi predikat konklusi disebut term mayor. Term yang
terdapat pad kedua proposisi disebut terma tengah (terminus medius).
Berikut ini
contoh silogisme:
Semua anjing adalah hewan berkaki empat.
Si hitam adalah seekor anjing.
Si hitam adalah hewan berkaki empat.
Pola kerja yang
ditempuh dalam penalaran silogistis-deduktif adalah sebagi berikut.
Pertama-tama, ditetapkan suatu kebenaran universal dan kemudian menjabarkannya
pada hal-hal yang khusus. Dengan kata lain, sesudahsuatu ketentuan umum yang
ditetapkan, barulah kemudian berdasarkan ketentuan umum itu ditarik kesimpulan
yang bersifat khusus atas kasus tertentu.
Immanuel kant
mengatakan bahwa logika yang diciptakan oleh Aristoteles sejak semula sudah
begitu sempurna sehiongga tidak mungkin bertambah sedikit pun. Kendati
demikian, perlu juga diperhatikan kecaman betrand Russell yang mengatakan:
“Aristoteles bersikeras mengatakan bahwa wanita mempunyai gigi yang
lerbih sedikit daripada pria, padahal kendati dia pernah dua kali kawin, tidak
pernah terlintas dibenaknya untuk menguji pendapatnya dengan meneliti
mulut-mulut istrinya itu.”
Tentu saja itu
tidak berarti mengecilkan jasa Aristoteles yang harus diakui memang luar biasa
bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
METODE
PLOTINOS: KONTEMPALTIF – MISTIS
Plotinos (205-270) adalah seorang filusuf
neoplatonis.
lu copas ya
BalasHapus