Oleh
: Dr. Parwati Soepangat M.A.
Disampaikan pada
Seminar dengan tema "Pandangan Agama Buddha Terhadap Masalah Gender"
Minggu, 9 September
1999
Di Vihara Vimala
Dharma
Diselenggarakan oleh
Sie Pendidikan Pemuda Vihara Vimala Dharma
KONSEP GENDER
SEBAGAI DASAR PEMBANGUNAN
Dalam
kehidupan sehari-hari sering dipermasalahkan tentang pekerjaan pria maupun
wanita yang diharapkan sesuai dengan kodratnya. Pandangan masih berkisar pada
faktor biologis di mana wanita yang berbadan lemah seyogyanya mendapat
pekerjaan yang ringan sedangkan pria yang fisiknya kuat semestinya mendapat
pekerjaan yang lebih menampilkan kekuasaan. Pandangan semacam ini tidak dapat
dipertahankan karena dalam berbagai penelitian dibuktikan bahwa wanita mampu
memiliki ketrampilan, kecerdasan dan melakukan berbagai tugas. Sebaliknya
banyak pria yang memilih pula pekerjaan-pekerjaan "feminim". Maka
perlu ada suatu perubahan pandangan tentang eksistensi pria dan wanita sesuai
dengan budaya yang mengembangkan potensinya sebagai manusia utuh bukan dari
pandangan biologis saja. Apalagi dalam kemajuan IPTEK dewasa ini, di mana
banyak hasil teknologi membantu kemudahan-kemudahan yang dahulu harus dilakukan
secara fisik, cakrawala pekerjaan bagi pria maupun wanita semestinya dilihat
dari segi gender (kelamin yang lebih berdasar budaya).
Definisi menurut
berbagi seminar yangg diadakanoleh MENUPW :
GENDER : Gender
adalah perbedaan-perbedaan sifat wanita dan pria yang tidak hanya mengacu pada
perbedaan biologis, tetapi juga mencakup nilai-nilai sosial budaya. Sehingga
menimbulkan nilai-nilai lain yang berlanjut menjadi nilai umum terhadap
kelompok jenis tertentu.
Konsep ini lebih
memberikan kemungkinan pembagian kerja yang luas bagi pria maupun wanita.
Istilah seks lebih banyak digunakan untuk perbedaan biologis. Untuk menentukan
kebijakan di bidang pembangunan, maka perlu dilakukan analisis gender di semua
proyek. Analisa gender dalam pelaksanaannya berusaha mencatat kelaziman/tingkat
partisipasi pria dan wanita dalam kegiatan yang membentuk sistem produksi atau
jasa, upaya meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan, agar lebih tanggap
kebutuhan aktual wanita.
Kesadaran gender
dalam proyek pembangunan sangat penting karena:
Wanita dibahas
selaku wakil dari separo jumlah penduduk. Wanita berpenghasilan 1/10 dari
penghasilan dunia, merupakan 2/3 dari penduduk yang buta huruf dan memiliki
1/10 milik dunia. Maka wanita yang lebih dari separo penduduk merupakan beban
masyarakat.
Bahwa proyek
pembangunan tidak hanya ditujukan untuk wanita
Bahwa proyek tidak
terbatas pada hal-hal yang biasanya merupakan kepentingan wanita (kesehatan,
gizi, perawatan anak), tetapi juga kawasan produksi, pendidikan dan bidang
sosial budaya yang belum mengikutsertakan wanita secara proporsional.
Bahwa proyek tidak
saja mengacu pada perlindungan wanita sebagai individu yang membutuhkan dan
lemah.
Bahwa proyek
memandang wanita dan pria tidak hanya sebagai pemanfaat hasil, juga
mengikutsertakan dalam keputusan.
PERMASALAHAN
Dalam memberi
kesempatan pada pria dan wanita dalam pengabdiaan yang seimbang baik di rumah,
maupun kemasyarakatan banyak faktor-faktor yang masih perlu diperhitungkan dan
disadari oleh keduanya. Kesadaran akan peran yang sama sebagai orang tua dalam
pengasuhan anak, sebagai warga negara yang turut serta membangun kesejahteraan
masyarakat dan perlunya kemandirian masih perlu ditingkatkan.
Dalam masyarakat
timur yang didominir oleh budaya paternalistik, pandangan pekerjaan berdasarkan
gender masih sulit diterapkan. Pandangan bahwa wanita adalah "subordinate"
masih melekat, dan kerjasama yang baik serta pekerjaan yang seimbang masih
sulit dilaksanakan karena pendidikan yang terdahulu yang diterimanya.
Perubahan sosial,
perubahan pandangan maupun budaya adalah hasil rekayasa manusia sendiri yang
dapat ditempuh sesuai dengan kesadarannya dan kebutuhannya. Banyak aktivitas
wanita di rumah yang tidak dihargai meskipun menyita waktu hidupnya, sedang
mereka yang bekerja, yang berperan ganda kurang mendapat bantuan yang seimbang
baik dalam pengasuhan anak maupun dalam kerumahtanggaan. Dalam masyarakat pun
penempatan wanita masih sering diragukan dalam posisi-posisi tertentu. Ini pula
perlu adanya kesadaran dari kedua belah fihak. Sering terdapat peluang, tetapi
belum dimanfaatkan oleh wanita. Ataupun timbulnya wanita-wanita yang tegas
dalam tugas, tetapi tidak diberikan kesempatan untuk peningkatannya.
Maka perlu sekali
dipikirkan :
Tempat wanita dan
tempat pria yang seimbang, tingkat penerimaan dirinya dalam perannya yang
didasarkan atas gender.
Ciri-ciri wanita dan
pria untuk penempatan diri dan pemahaman diri serta penilaian sosial terhadap
perilakunya berdasar atas gender.
Introspeksi dari
wanita maupun pria untuk menyadari peran sertanya untuk memilih dan mengubah
sikapnya untuk suatu peran baru yang berasaskan gender.
Komunikasi yang
lebih terbuka dari wanita dan pria agar menyadari kekurangan maupun peran serta
yang dapat diberikan atas hasil komunikasi yang berasaskan gender.
Norma dan nilai yang
berlaku dalam masyarakat memerlukan penyesuaian dengan kemajuan IPTEK dan arus
globalisasi yang menuju ke arah pengembangan martabat manusia sebagai sumber
daya dalam segala pembangunan.
Untuk menjawab
tantangan zaman perlu adanya kesadaran yang menyeluruh dari masyarakat.
Perubahan sosial didukung oleh semuanya, pria maupun wanita dalam menciptakan
masyarakat yang lebih sehat di mana masing-masing tidak merasakan suatu
tekanan, dan dapat hidup secara damai dan sejahtera.
Pertanyaan yang
timbul adalah, dengan masih terdapatnya pandangan bahwa suatu pekerjaan adalah
milik kelamin tertentu, maka bentuk apa yang mungkin dipakai dalam perubahan
sosial ? Ada berapa alternatif yang disajikan oleh pakar psikologi :
Pendekatan wanita
untuk mencari tempat dalam kelompok maskulin dan melakukan pekerjaan yang dulu
belum terbuka baginya dan hanya didominir oleh pria.
Melibatkan perubahan
nilai yang telah diberikan sebagai karakteristik kelompok yang statusnya rendah
yang berhubungan dengan perubahan dalam hubungan intergroup.
Perubahan
fundamental dalam struktur kelompok. (peter)
0 komentar:
Posting Komentar