Oleh : Chris Atkinson
Sosoknya dikenal
banyak orang, tapi kebanyakan hanya sedikit orang yang tahu tentang perjalanan
hidupnya yang mengagumkan. Ini bukan tanpa sengaja. Kehidupan Che adalah sebuah
cerita tentang satu komitmen untuk memerangi semua nilai yang menjerat masyarakat konsumtif kapitalis. Sosoknya
menimbulkan sebuah keberanian, menumbuhkan semangat pemberontakan pada dada
rakyat di seluruh dunia. Tidak sanggup untuk menguburkan sentimen tersebut,
perusahaan-perusahaan kapitalis melakukan pendekatan untuk memanfaatkan dan
memodifikasinya, dan juga dengan cara tersebut mereka berusaha menjinakkannya.
Tujuan itu sampai sekarang masih belum tercapai.
Masa muda Ernesto “Che” Guevara adalah
sebuah petualangan dan penjelajahan. Meskipun dia dibesarkan di keluarga yang
berkecukupan di Argentina dan belajar di bidang kedokteran, dia banyak menghabiskan
waktunya untuk mengelilingi Amerika Latin
Ketika lulus dari Fakultas kedokteran, Che
meninggalkan Argentina, berpura-pura untuk pergi bekerja pada penderita
penyakit kusta di Venezuela. Dia benar-benar mencari jawaban yang mendalam atas
pertanyaan-pertanyaan yang mengganggu perasaannya. Dalam pengembaraanya dia
melihat kesengsaraan dan kemelaratan yang menjadi pemandangan sehari-hari di
Amerika Latin. Bisakah seorang dokter mengobati semua pasien ini ?
Pada tahun 1953
terjadi kekacauan politik di Guetemala.
Di tahun 1950 seorang komandan militer sayap kiri, Jacobo Arbenz, terpilih
sebagai presiden dan memulai untuk melakukan reformasi politik. Dia
meliberalkan hukum-hukum perburuhan, menaikkan upah minimum, mengakhiri
repressi terhadap aktifitas politik, dan memulai sebuah kebijakan reformasi
agraria. Amerika Serikat menjadi cemas.
Tahun 1953 Arbenz
mengambil-alih ratusan hektar tanah kosong yang dimiliki perusahaan Amerika United
Fruit Company. Respon Amerika sangat cepat sekali. Sebuah embargo dilakukan
dan bantuan-bantuan teknis diputuskan. Bulan November 1953, semua kapal yang
berlabuh di Guatemala dikejar-kejar oleh tentara Amerika.
18 Juni 1954,
rombongan pasukan tempur yang diangkut pesawat tempur Amerika menyerbu melalui
Honduras. Kaum revolusioner di Guetamala meminta kepada Arbenz untuk
mempersenjatai rakyat sebagai alat untuk melawan agresi Amerika, namun sang
Presiden Guetemala itu menolaknya. Malahan Arbenz menggunakan satuan tempur
reguler Guetemala untuk menghadang invasi. Kesuksesan dalam menghadapi invasi
Amerika itu tidak mengurangi ketegangan di Guetamala.
Setelah kegagalan
invasi yang menggunakan serdadu bayaran itu, imperialis AS melirik kubu sayap
kanan militer dan mengagitasinya untuk melakukan kup. Pada 21 Juni, pemerintahan
Arbenz ambruk dan dia mengundurkan diri dari jabatannya. Kedudukannya
digantikan tokoh militer sayap kanan, Kolonel Monzon.
Aktivitas-aktivitas
politik yang dilakukan Che di Guatemala mendapat perhatian CIA, yang memasukkan
dia dalam daftar orang-orang komunis yang berbahaya yang harus segera
diringkus. Informasi ini dibocorkan pejabat kedutaan Argentina, yang menawarkan
perlindungan untuk Che.
Dari kegagalan
pemerintahan Arbenz di Guetemala,Che belajar dua hal penting. Dia menyadari
imperialis AS adalah musuh terbesar rakyat Amerika Latin dan kaum revolusioner
tidak bisa mengandalkan mesin-mesin negara atau pemerintahan kapitalis,
meskipun yang progresif seperti di Guetemala.
Tragedi Guetemala
meyakinkan Che akan kebutuhan solusi revolusioner untuk memecahkan
masalah-masalah Amerika Latin. Dia sekarang menyebut dirinya seorang Marxis dan
berargumen seharusnya Arbenz mempersenjatai rakyat untuk melawan agresi yang
disponsori imperialis AS.
Che meninggalkan
revolusi yang gagal itu dan pergi ke Mexico. Di sana dia ketemu revolusioner
Kuba yang sedang dalam pelarian, Fidel dan Raul Castro. Mereka berbincang
semalaman dan paginya dia memutuskan untuk bergabung dengan Castro dalam
ekspedisi revolusioner ke Kuba. “Setelah pengalaman mengelilingi Amerika dan akhir
kudeta di Guetemala, yang kesemuanya tidak begitu menarikku untuk bergabung
dengan kaum revolusioner melawan tirani”, begitu Che berkata.
Tahun 1956, 82
orang militan berkumpul dalam sebuah perahu layar yang bernama Granma
dan berlayar menuju Kuba. Pendaratan mereka di propinsi Oriente Selatan
diharapkan disertai dengan letupan pemberontakan (up rising). Tapi ekspedisi
ini terlihat sangat nekat. Delapan puluh dua orang gerilyawan yang tidak begitu
terlatih dan miskin persenjataan, menjejalkan diri dalam perahu yang sebenarnya
untuk memuat 12 orang, berharap untuk melawan tentara Kuba yang dibekingi
Amerika. Bagaimana mereka bisa berharap menang ?
Kuba sedang bergolak, sedang dalam keadaan
matang untuk sebuah revolusi. Fulgencio Batista mendapatkan kekuasaan lewat
sebuah kudeta militer di tahun 1952; dia adalah anak kesayangan Paman Sam di
Havana.
Perusahaan-perusahaan
Amerika mendominasi perekonomian Kuba. Perusahaan AS mengkontrol 80 %
barang-barang yang ada di Kuba, 90 % di pertambangan, 100 % penyulingan minyak,
40 % industri gula dan 90 % peternakan sapi. Hal ini membawa sedikit kemakmuran
bagi rakyat Kuba : 50 % orang tidak mendapatkan listrik, 40 % penduduk masih
buta huruf, dan 95 % anak-anak di daerah pedesaan menderita karena kemiskinan
dan berbagai penyakit.
Batista melakukan yang terbaik untuk menghancurkan semua
gerakan pelajar, mahasiswa, buruh dan petani. Antara tahun 1952 sampai 1959,
20.000 orang telah dibantai oleh tukang jagalnya Tuan Batista.
Granma
diserang oleh tentara Batista ketika mendarat; hanya 12 orang dari anggota
ekspedisi yang selamat. Che, Castro dan yang lainnya lari ke pegunungan Sierra
Maestra dan mendirikan sebuah basis pertahanan. Disana mereka memulai membangun
kembali tentara pemberontak dan sebuah partai politik baru, Gerakan 26 Juli.
Strategi Castro
bersandar pada memenangkan dukungan dari petani sekitarnya dan membangun sebuah
basis perlawanan pertama di Oriente. Ketika kaum pemberontak mulai memenangkan
pertempuran-pertempuran melawan tentara Batista, para petani mulai menunjukkan
dukungannya. Program Reformasi Agraria yang dirancang Tentara Pemberontak
banyak meraih simpati rakyat. Tahun 1958 para petani mulai bergabung dalam
barisan tentara pemberontak, dan jumlahnya makin lama- makin membengkak.
Ketika tentara
pemberontak mendapatkan dukungan terbesarnya dari para petani, Gerakan 26 Juli
juga mulai mendapatkan dukungan dari kelas pekerja perkotaan dan buruh-buruh
tani. Gerakan ini menyusup ke kota-kota
dan mulai mengorganisir kelas pekerja secara rahasia. Bulan April 1958, para
pemberontak menyerukan pemogokan umum, tapi mereka belum mempunyai cukup
dukungan dan organisasi yang memadai, dan akhirnya pemogokan tersebut gagal.
Dengan memanfaatkan
demoralisasi yang melanda rakyat, Batista mengumpulkan 10.000 tentara di kaki
gunung Sierra Maestra pada bulan Mei 1958 dalam usahanya yang terakhir untuk
menghancurkan gerilyawan revolusioner. Castro memimpin 300 orang pasukan.
Selama 36 hari tentara rezim Batista menekan gerilyawan pemberontakan. Tanggal
18 Agustus, bagaimanapun dahsyatnya gempuran tentara Batista akhirnya mengalami
kegagalan. Para gerilyawan di pegunungan tetap tak tersentuh, dan tentara
Batista sudah tidak sanggup untuk bertempur lagi.
Pemberontak
revolusioner melakukan serangan balik dengan mengirimkan dua regu gerilyawan
untuk merebut daerah baru. Salah satunya di pimpin oleh Che Guevara. Bulan
Oktober para pemberontak berhasil mendirikan sebuah basis perlawanan di
pegunungan Escambray, di daerah tengah Kuba, dibawah komando Che Guevara.
Mereka juga mendirikan basis lain di pegunungan Sierra Cristal, dimana Raul
Castro menerapkan reformasi agraria dan membebaskan daerah yang berpenduduk lima ratus ribu orang.
Tahun 1958 para
pemberontak berkembang dari dulunya sebuah unit gerilya menjadi tentara rakyat.
Bulan November pasukan Castro turun gunung dan melakukan penyerangan ke kota
Santiago, kota terbesar kedua di Kuba. Di Bulan Desember pasukan Che menuju ke
Santa Clara dan disambut oleh pemberontakan rakyat yang di organisir Gerakan 26
Juli.
Tanggal 1 Januari
1959, Batista merasa terancam dan melarikan diri dari Kuba dengan membawa US$ 7
juta dalam kopernya. Pejabat militernya mendeklarasikan pemerintahan baru.
Castro meresponnya dengan mengadakan pemogokan umum yang kedua. Kali ini
pemogokan umum ini berjalan dengan sukses, memperlihatkan dukungan penuh dari
kelas pekerja kepada para gerilyawan pemberontak. Tanggal 2 Januari, Castro
masuk ke Santiago dan Che ke Havana. Kuba berhasil dibebaskan.
Dalam pemerintahan
revolusioner baru, Che bertugas untuk melakukan reorganisasi industri dan
agrikultural. Hanya lima bulan setelah keruntuhan Rezim Batista, Che menetapkan
sebuah Hukum bagi mereka yang mempunyai tanah seluas lebih dari 400 ha untuk di
redistribusikan ke para petani yang tidak mempunyai tanah dan memaksa para
tuan-tuan tanah untuk mengerjakan sendiri tanahnya. Dia membantu untuk
menyelenggarakan sekolah gratis di Kuba dan meluncurkan kampanye sukarelawan
pendidikan yang akan di gunakan untuk memberantas buta huruf yang menghasilkan
tingkat melek huruf yang lebih tinggi jika di bandingkan dengan Amerika.
Che menekankan
pentingnya keterlibatan para pemuda dalam perjuangan revolusiner. Berbicara
pada Persatuan Pemuda Komunis tahun 1962, dia berkata “Kalian, Kawan-Kawan,
harus menjadi pelopor untuk seluruh gerakan, pertama sekali kalian harus
sanggup untuk mengorbankan diri demi kebutuhan revolusi, apapun jadinya”
Dia menjadi
pembicara berskala internasional untuk revolusi, secara aktif membantu gerakan
revolusioner di Afrika, Asia dan Amerika Latin. Dia beberapa kali mengunjungi
Uni Soviet, tapi tanpa takut
mempublikasikan kritiknya tentang pemerintahannya (Uni Sovyet, pent) yang
birokratis.
Besarnya komitmen
Che terhadap Internasionalisme sangat jelas didemonstrasikan tahun 1965, ketika
dia secara tegas mengundurkan diri dari pemerintahan dan pergi untuk membantu
gerakan revolusiner baru secara pribadi, pertama di Kongo dan kemudian di
Bolivia.
Saat berada di
Bolivia tahun 1967, Che ditangkap CIA yang membekingi tentara Bolivia dan
membunuhnya di usia 39 tahun. Tapi saat ini namanya dan reputasinya tertanam
dengan kuat, dan wajahnya muncul dalam bendera-bendera, plakat, dan muncul
sebagai personifikasi revolusi di dunia.
0 komentar:
Posting Komentar