Selasa, 10 Juli 2012


Date : Thursday, March 02 2000

"Revolusi proletarian tidak bisa tidak harus merupakan revolusi total.
Revolusi ini merupakan terbentuknya moda-moda produksi perburuhan baru, moda-moda produksi dan distribusi baru yang bersifat unik bagi kelas
buruh dalam determinasi sejarahnya dalam arus proses kapitalis. Revolusi ini juga mendorong terbentuknya seperangkat standar baru, sebuah psikologi baru, cara berperasaan, berpikir dan hidup yang baru yang harus spesifik bagi kelas buruh, yang ia ciptakan, dan akan menjadi "dominan" ketika kelas buruh menjadi kelas yang dominan.
Revolusi proletarian pada hakekatnya merupakan pembebasan
kekuatan-kekuatan produksi yang telah ada dalam masyarakat borjuis.
Kekuatan-kekuatan ini dapat diidentifikasikan dalam lingkup ekonomi dan

politik; namun mungkinkah mulai mengidentifikasi elemen-elemen laten yang akan mendasari terciptanya peradaban atau kebudayaan proletarian?
Apakah elemen-elemen untuk seni, filsafat dan (standar) moralitas yang
spesifik bagi kelas buruh telah ada? Pertanyaan ini harus ditanyakan dan dijawab. Bersama-sama dengan masalah merebut kekuasaan politik dan
ekonomi, proletariat juga harus menghadapi masalah pemenangan kekuasaan intelektual. Sebagaimana ia telah berpikir untuk mengorganisir dirinya dalam bidang  politik dan ekonomi, ia harus pula berpikir untuk
mengorganisir dirinya dalam bidang kebudayaan."

Antonio Gramsci - Pertanyaan-Pertanyaan tentang Kebudayaan, Avanti, 14Juni 1920 "PERTANYAAN SELATAN" DAN CROCE - SEBUAH STRATEGI REVOLUSIONER Ketika Antonio Gramsci, pemimpin Partai Komunis Italia, ditangkap oleh kaum fasis pada bulan November 1926, ia sedang mengerjakan sebuah artikel panjang yang menggariskan strategi revolusionernya untuk mengalahkan fasisme. Berdasarkan analisis kelas yang cermat terhadap Italia utara dan selatan, ia berkesimpulan bahwa usaha merubuhkan fasisme takkan berhasil tanpa pemberontakan petani penggarap di daerah selatan yang setengah terjajah. Artikel tersebut, "Beberapa Aspek Pertanyaan Selatan", saya percayai, merupakan kunci pemahaman politis Catatan Gramsci. Dengan pengamatan yang mendalam terhadap esai ini dan ide-ide terpenting dalam Catatan, saya berharap untuk menunjukkan bahwa Catatan pada hakekatnya merupakan sebuah proyek penelitian yang luar biasa besar yang mengalir langsung dari strategi politik yang digariskan dalam artikel ini. Jika benar, maka esai ini bisa dianggap sebagai pengantar politis umum untuk Catatan dan menjadi panduan yang sangat berguna untuk membacanya.
Strategi Gramsci menyerukan untuk adanya aliansi revolusioner antara buruh pabrik di utara dan petani penggarap miskin di selatan, berusaha untuk memenangkan dukungan dari intelektual kelas menengah yang radikal di selatan untuk membantu Partai mengorganisir pemberontakan rakyat jelata. Gramsci berpendapat bahwa petani-petani penggarap termiskin di selatan, meskipun selalu berada dalam kondisi "setengah revolusi", tidak terorganisir atau terpimpin, dan tidak memiliki organisasi revolusionernya yang independen. Mereka mengambil arah politik  mereka dari intelektual borjuis menengah dan kecil pemilik tanah di selatan: ahli hukum, dokter, notaris, pejabat, pegawai kecil dan pastor desa-desa dan kota-kota kecil. Pastor-pastor merupakan sebuah kelompok yang amat penting di antara intelektual pedesaan selatan. Tuan tanah terbesar dan terkuat di Italia Selatan pada dekade 1920-an adalah gereja Katolik. Sebagai agen ekonomi gereja, pastor-pastor mengumpulkan uang sewa dari penggarap (mezzadri) tanah-tanah milik gereja, meminjamkan uang kepada rakyat jelata dengan nilai bunga yang luar biasa tinggi, dan sebagaimana dikatakan Gramsci, "memanipulasi elemen religius untuk meyakinkan dibayarkannya sewa atau bunga".
Gramsci juga mengamati dengan rasa ketertarikan yang besar bahwa intelektual pedesaan selatan merupakan lebih dari 60 % birokrasi negara Italia. Seluruh intelektual selatan tersebut terikat pada tuan-tuan
tanah besar dan membantu menahan rakyat jelata pada posisi subordinasi
di bidang politik. "Intelektual menengah" selatan, sebaliknya, didominasi secara ideologis oleh "intelektual besar", intelektual individual selatan yang
sangat terpelajar dan berbudaya, sering kali merupakan aristokrat
pemilik tanah. Gramsci mengidentifikasikan Giustino Fortunato dan
Benedetto Croce (filsuf liberal Napoli, sejarawan dan tuan tanah besar)
sebagai intelektual terbesar selatan yang mengikat intelektual selatan
(dan juga rakyat jelata selatan yang miskin) secara ideologis pada tuan
tanah besar dan kapitalisme. Croce dan Fortunato merupakan musuh
ideologis terbesar revolusi rakyat jelata di selatan dan sebagaimana
dikatakan Gramsci, "dua tokoh utama reaksionerisme Italia".
Subordinasi politik dan ekonomi penggarap terhadap tuan tanah dan
gereja melalui intelektual pedesaan yang dipimpin Croce dan Fortunato
disebutkan Gramsci sebagai "sebuah blok agraria yang berukuran amat
besar". Blok agraria ini, beriringan dengan kelas menengah kota, merupakan dasar sosial utama fasisme. Tuan-tuan tanah dan borjuis kecil
pedesaan dari blok agraria inilah yang (dengan sejumlah bantuan strategis dari industrialis utara juga) menyediakan sebagian besar dana, senjata, kepemimpinan dan orang untuk kelompok teroris fasis yang mengalahkan revolusi kelas buruh pada tahun 1919-1920.
Strategi Gramsci untuk memecahkan blok agraria ini dan meruntuhkan fasisme bergantung pada menjauhkan pemikiran intelektual pedesaan selatan dari Croce. Sebagaimana dikatakannya, "Berkaitan dengan blok agraria, terdapat di Selatan sebuah blok intelektual yang selama ini praktis berfungsi untuk mencegah keretakan dalam Blok ini menjadi sedemikian berbahaya dan menimbulkan keruntuhannya. Giustino Fortunato dan Benedetto Croce merupakan tokoh blok intelektual ini, maka mereka dapat dianggap sebagai reaksioner paling aktif di seluruh semenanjung." Namun, tidaklah mudah untuk mengalahkan Croce. Ia, menurut Gramsci, telah mendominasi kebudayaan Italia antara tahun 1900-1920, membentuk pemikiran sebuah generasi intelektual. Sebagian besar kepemimpinan intelektual gerakan fasis, sosialis dan komunis yang bangkit di Italia antara masa itu berangkat dari sebuah generasi intelektual radikal
borjuis kecil muda dari selatan (Gramsci salah satunya). Croce memberikan kepemimpinan filsafat bagi intelektual-intelektual muda dan kecewa tersebut, menyerukan sekulerisasi dan modernisasi kebudayaan dan
masyarakat Italia. Gramsci sendiri mengawali kehidupan intelektualnya
sebagai seorang Crocean, tertarik seruannya untuk reformasi moral dan
intelektual Italia yang terbelakang dan terdominasi gereja.
Dua pertanyaan sosial, moral dan politik besar menghadapi negara Italia yang baru berusia 30 tahun pada tahun 1900; "Pertanyaan Selatan" dan "Pertanyaan Sosial". Yang pertama adalah bagaimana mengintegrasikan wilayah Italia Selatan (termasuk Sardinia dan Sisilia) yang miskin, berpotensi pemberontakan namun kaya hasil pertanian dan tambang ke dalam negara Italia. Sebagai koloni ekonomi dan politik daerah Utara yang lebih terindustrialisasi, Selatan mendayai pembangunan kapitalis Italia, namun tidak mendapatkan hasil apa pun. Penggarap di Selatan merupakan kelas yang paling tertindas namun juga paling tidak terorganisir di Italia. Dan intelektual Selatan, sebagai anggota borjuasi kecil semi-kolonial merupakan kekuatan yang memiliki potensi revolusioner.
Pertanyaan kedua yang dihadapi Italia adalah bagaimana mengurangi penderitaan buruh pabrik yang miskin dan tak berdaya di Utara.  Gerakan serikat buruh di Utara telah berkembang pada garis ekonomis, reformis, rasis anti selatan, menimbulkan aristokrasi buruh yang mengembangkan aliansi politik dan ekonomi dengan Kapitalis Utara. Nasionalis kelas menengah dan banyak intelektual sindikalis mendorong ekspansi imperialis Italia ke Afrika Utara dan Timur Tengah sebagai cara menekan kemiskinan Selatan. Gramsci dan berbagai intelektual radikal selatan lainnya menyarankan aliansi revolusioner antara buruh pabrik di Utara dan rakyat jelata miskin baik di utara maupun selatan sebagai alternatif terhadap reformsi pro-imperialis, nasionalis dan sindikalis.
Croce, sebagai anggota kelas pemilik tanah di Selatan memiliki
kepentingan langsung dalam mensabotase aliansi yang berbahaya tersebut. Gramsci kemudian menjelaskan peran kritis yang dimainkan Croce dan Fortunato dalam mencegah Selatan menjadi revolusioner,
"Orang-orang Selatan yang telah berusaha meninggalkan blok agraria dan
menanyakan Pertanyaan Selatan dalam bentuk radikalnya telah menemukan penerimaan dan mengelompokkan dirinya pada tinjauan-tinjauan yang dicetak di luar Selatan. Bahkan, dapat dikatakan bahwa seluruh inisiatif kebudayaan yang dilakukan intelektual menengah yang
berlangsung pada abad ini di Italia Tengah dan Utara dicirikan oleh
"keselatanan", karena mereka sangat terpengaruh intelektual selatan:
semua jurnal intelektual Firenze, seperti Voce dan Unita, jurnal Kristen Demokrat seperti Azione di Cesena, jurnal liberal muda Emilia dan Milan yang diterbitkan G. Borelli, seperti Patria di Bologna atau Azione di Milan, dan terakhir, Rivoluzione Liberale Gobetti.
Yah, penguasa politik dan intelektual tertinggi seluruh inisiatif
tersebut adalah Giustino Fortunato dan Benedetto Croce. Dalam lingkup
yang lebih luas daripada blok agraria yang mengekang, mereka
mengusahakan agar masalah Selatan akan dijabarkan dalam cara yang tidak melampaui batasan tertentu: tidak akan menjadi revolusioner.
Orang-orang yang memiliki kebudayaan dan kepandaian tinggi, yang
bangkit di wilayah tradisional Selatan, namun berkaitan dengan
kebudayaan Eropa dan wilayah dunia lainnya, memiliki seluruh bakat yang
diperlukan untuk memuaskan kebutuhan intelektual wakil-wakil pemuda
yang berbudaya dan jujur di Selatan; untuk meredam dorongan mereka yang tanpa henti untuk melakukan revolusi melawan kondisi yang ada, untuk mengarahkan mereka melalui jalan tengah kebijakan klasik dalam pikiran dan tindakan. Mereka yang disebut sebagai "neo-protestan" atau Kalvinis gagal memahami bahwa di Italia, karena kondisi modern peradabannya tidak memungkinkan reformasi keagamaan besar-besaran, reformasi yang secara historis dapat terlaksana telah terjadi bersama filsafat Benedetto Croce. Arah dan metode pemikiran telah berubah dan sebuah konsepsi baru tentang dunia telah disusun, melintasi batasan
kekatolikan dan semua agama mitologis lainnya. Dalam hal ini, Benedetto
Croce telah menjalankan peran "nasional" yang amat penting. Ia telah
memisahkan intelektual radikal selatan dengan massa rakyat jelata,
memaksa mereka mengambil bagian dalam kebudayaan nasional dan Eropa; dan melalui kebudayaan ini, memasukkan mereka ke dalam borjuasi
nasional dan blok agraria."
Dalam sebuah masa yang singkat pada dekade 1890-an, Croce Subject: mengaitkan dirinya dengan Marxisme legal, dan menjadi pemimpin revisionisme Marxis. Namun ketika gerakan sosialis kelas buruh massal tumbuh di Italia, Perancis, Jerman, Rusia dan permusuhan nasionalis kelas
menengah terhadap sosialisme semakin intensif, Croce menjadi semakin
memusuhi Marxisme. Ia sangat mendukung keikutsertaan Italia dalam
Perang Dunia Pertama, dengan keras mengutuk Partai Sosialis untuk
pasifisme dan "ketiadaan patriotisme". Ia juga sangat menentang
bangkitnya Uni Soviet dan gerakan komunis di Italia. Ia mendukung
Fasisme pada tahun-tahun pertamanya sebagai sebuah kekuatan yang
menstabilisasi dan memodernisasi, yang dapat menghalangi sebuah
revolusi komunis kelas buruh yang lebih radikal. Namun, ketika fasisme
dengan penuh kekerasan memantapkan kediktatorannya terhadap borjuis
liberal sepertinya, tidak hanya terhadap buruh sosialis dan rakyat
jelata, ia beralih ke perlawanan "filosofik" pasif terhadap regim.
Namun, ia menolak mendukung langkah politik massa apa pun terhadap
fasisme dan tetap menjadi anggota Senat Italia yang dikendalikan fasis.
Ia terus berbicara dan menulis selama 22 tahun kekuasaan fasis tanpa
tindakan apa pun dari regim.
Baik dalam surat-suratnya dari penjara maupun dalam Catatan, Gramsci dengan jelas menyatakan bahwa ia menganggap Croce sebagai kawan tak ternilai fasisme, meskipun secara formal ia merupakan oposisi filosofik liberal. Pasivitas politik, anti komunisme, anti kelas buruh, politik dan filsafat kelas atas elitisnya membantu menjaga intelektual selatan pasif di bidang politik dan memusuhi massa. Dengan tetap berada dalam Senat Fasis sebagai lawan formal regim, ia memberikan negara fasis tersebut legitimasi demokratik dan meningkatkan prestise intelektualnya. Bagi Gramsci, Croce adalah lawan filsafat Marxis dan revolusi kelas buruh yang paling canggih, berpengaruh dan berbahaya di Italia dan Eropa.
Bertentangan dengan tokoh-tokoh reaksioner macam Croce dan Fortunato, Gramsci mengajukan Piero Gobetti sebagai contoh intelektual demokrat yang bisa dibujuk untuk beralih ke revolusi yang dipimpin kelas buruh. Gobetti, yang dipengaruhi buruh pabrik mobil komunis dari gerakan Ordine Nuovo di Turin memisahkan diri dari Croce dan mulai menganggap kelas buruh utara sebagai kekuatan sosial yang dapat memodernisasi Italia di bidang kebudayaan dan sosial.
Terhadap kritikan sektarian dalam partai komunis bahwa Gobetti merupakan seorang liberal borjuis dan harus dilawan, Gramsci mengajukan
pandangannya mengenai pentingnya beraliansi dengan intelektual demokratik, ".tidak memahami [mengapa partai membutuhkan Gobetti sebagai sekutu], berarti tidak memahami pertanyaan tentang intelektual dan fungsi yang mereka perankan dalam perjuangan kelas. Gobetti dalam praktiknya berfungsi sebagai penghubung antara kita dengan (1) intelektual yang lahir dalam teknik kapitalis [teknisi dan insinyur pabrik] yang antara
tahun 1919-1920 mengambil posisi kiri, mendukung kediktatoran proletariat; (2) sekelompok intelektual selatan yang melalui hubungan yang lebih rumit mempertanyakan pertanyaan Selatan dengan sudut pandang yang berbeda dari yang tradisional, dengan mengajukannya kepada proletar Utara.Intelektual berkembang dengan lambat, jauh lebih lambat
daripada kelompok sosial lainnya, akibat sifat alamiah dan peran
historisnya. Mereka mewakili seliruh tradisi kebudayaan suatu masyarakat, berusaha menyimpulkan dan menciptakan seluruh sejarahnya. Ini dapat dikatakan terutama mengenai intelektual jenis lama: intelektual yang lahir pada wilayah rakyat jelata. Pemikiran bahwa intelektual semacam itu, dalam jumlah besar sekaligus, dapat memutuskan dirinya dari masa lalu dan menempatkan diri mereka seluruhnya pada wilayah ideologi baru, adalah absurd. Ini absurd bagi intelektual tersebut secara kelompok, dan mungkin pula absurd bagi sebagian besar intelektual secara individual pula - tanpa mengurangi rasa hormat pada usaha yang mereka lakukan atau ingin lakukan. Kini, kita tertarik pada massa intelektual, bukan pada individu. Memang penting dan berguna bagi proletariat bahwa satu atau lebih intelektual, secara individual, mengambil program dan pemikirannya, bergabung dengan proletariat, menjadi dan merasa sebagai bagian integral darinya [Gramsci sendiri merupakan satu contoh]. Proletariat, sebagai sebuah kelas, payah dalam mengorganisir elemennya. Ia tidak memiliki lapisan intelektualnya sendiri, dan hanya dapat menciptakannya dengan amat lambat dan amat menyakitkan setelah dimenangkannya kekuasaan negara. Namun penting dan berguna pula bila terjadi perpecahan dalam massa intelektual: sebuah perpecahan organik, yang memiliki ciri historik.
Karena diperlukan keberadaan sebagai sebuah formasi massa, suatu
kecenderungan kiri, dalam artiannya yang modern, yaitu yang berorientasi terhadap proletariat yang revolusioner.
Aliansi antara proletariat dan massa rakyat jelata memerlukan
pembentukan formasi ini. Terutama, formasi ini sangat penting bagi
aliansi antara proletariat dan rakyat jelata di selatan. Proletariat
akan menghancurkan blok agraria selatan sejauh mungkin, melalui partai,
dengan mengorganisir massa rakyat jelata yang miskin menjadi formasi
yang otonom dan independen serta semakin kuat. Namun, keberhasilan atau kegagalannya dalam tugas yang penting ini akan juga bergantung pada kemampuannya memecahkan blok intelektual yang merupakan lapisan pertahanan yang fleksibel namun amat kukuh dari blok agraria.
Proletariat dibantu dalam tugas ini oleh Piero Gobetti."
Strategi untuk mengalahkan Croce secara intelektual dan mendorong intelektual selatan radikal untuk mengambil jalan revolusi merupakan titik awal politik dan intelektual Catatan. Ini mendorongnya melakukan studi yang masif tentang intelektual Italia, asal kelas mereka, politik, kebudayaan dan sejarah mereka. Ini mendorongnya menulis sepanjang 155 halaman mengenai bagaimana melakukan serangan filsafat dan politik terhadap Croce, yang ia sebut "Anti-Croce". Dan kemudian, Anti-Croce ini dan studinya mengenai intelektual Italia memberikan dasar kritis untuk program politiknya untuk revolusi sosial, politik dan kebudayaan Italia. Dan akhirnya, ini mendorongnya untuk mengarah ke sebuah teori revolusi kebudayaan kelas buruh yang terbangun di sekeliling pemikiran untuk menciptakan kelompok kepemimpinan yang dibangun dari intelektual kelas buruh yang otonom dan intelektual "nasional-kerakyatan" atau revolusioner.

-----------------------------------------------------------------------

Hancurkan Kapitalisme,Imperialisme,Neo-Liberalisme, Bangun
Sosialisme !

Categories:

0 komentar:

Posting Komentar

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!