Sabtu, 16 Juni 2012


MENGUBAH PELAJARAN KITA
Mao Zedong
Buku ini diterdjemahkan menurut "Pilihan Tulisan Mau Tje-tung" djilid III jang diterbitkan dalam bahasa Tiongkok pada bulan Pebruari 1953. Pustakan Bahasa Asing, Peking 1955.
* * *
Saya menganjurkan supaya mengubah metode belajar dan sistim belajar seluruh Partai kita. Alasan2nya sebagai berikut:
I
Dua puluh tahun Partai Komunis Tiongkok adalah dua puluh tahun semakin berpadunya kebenaran umum Marxisme-Leninisme dengan praktek konkrit revolusi Tiongkok. Apabila kita mengenangkan betapa dangkalnya dan betapa miskinnya pengetahuan kita tentang Marxisme-Leninisme dan revolusi Tiongkok pada masa mudanya Partai kita, maka sekarang pengetahuan kita di lapangan ini sudah jauh lebih mendalam dan kaya. Selama seratus tahun ini, putera puteri yang terbaik dari rakyat Tiongkok yang sangat menderita itu berjuang dan berkorban, patah tumbuh hilang berganti, mencari kebenaran yang.bisa menjelamatkan tanah air dan rakyat--hal ini sungguh mengharukan dan patut dipuji. Tetapi hanya sesudah Perang Dunia Pertama dan Revolusi Oktober di Rusia, barulah didapati Marxisme-Leninisme--kebenaran yang terbaik--sebagai senjata yang paling ampuh untuk membebaskan bangsa kita, sedangkan Partai Komunis Tiongkok adalah penganjur, propagandis dan organisator untuk mengangkat senjata itu. Serenta kebenaran umum Marxisme-Leninisme dipadukan dengan praktek konkrit revolusi Tiongkok, maka berubahlah wajah revolusi Tiongkok mendjadi serba baru. Sejak Perang Melawan Agresi Jepang, berdasarkan kebenaran umum Marxisme-Leninisme, Partai kita sudah maju selangkah dalam menyelidiki praktek konkrit Perang Melawan Agresi Jepang serta dalam menyelidiki Tiongkok sekarang dan dunia sekarang; dalam pada itu juga sedikit mulai menyelidiki sejarah Tiongkok. Semua ini adalah gejala yang sangat baik.
II
Tetapi pada kita masih terdapat kekurangan, bahkan kekurangan yang amat besar. Pada hemat saya, jika kekurangan semacam ini tidak diatasi, pekerjaan kita tak dapat meningkat lebih landjut, dan kita tak dapat maju lebih jauh dalam usaha besar untuk memadukan kebenaran umum Marxisme-Leninisme dengan praktek konkrit revolusi Tiongkok.
Pertama2 mengenai soal menyelidiki keadaan sekarang. Didalam suatu partai besar seperti Partai kita ini, meskipun sudah diperoleh beberapa hasil dalam menyelidiki keadaan dalam dan luar negeri sekarang, tetapi mengenai berbagai lapangannya--baik politik, kemiliteran, ekonomi ataupun kebudayaan--bahan2 yang kita kumpulkan hanya sepotong2, penyelidikan kita masih belum sistematis. Pada umumnya, selama dua puluh tahun ini kita belum pernah melakukan pekerjaan secara sistematis dan rapi dalam mengumpulkan dan mempelajari bahan2 di lapangan2 tersebut, dan kita kekurangan suasana hangat untuk menyelidiki dan mempelajari kenyataan objektif. Diantara banjak kawan didalam Partai kita masih terus terdapat langgam yang sangat buruk, yang sama sekali berlawanan dengan jiwa pokok Marxisme-Leninisme, misalnya langgam seperti "menangkap burung gereja dengan mata tertutup", "si buta meraba2 mencari ikan"*), bekerja secara ceroboh, berbual dengan panjang lebar dan puas akan pengetahuan yang dangkal. Marx, Engels, Lenin dan Stalin mengadjar kita supaya sungguh2 menyelidiki keadaan dengan berpangkal pada kenyataan objektif dan bukanlah berpangkal pada kemauan subjektif. Tetapi kebenaran ini langsung dilanggar oleh banjak kawan kita.
Selanjutnya mengenal soal mempelajari sejarah. Meskipun pekerjaan ini pernah dilakukan oleh sejumlah kecil anggota Partai dan simpatisan Partai, tetapi tidak pernah dilakukannya secara terorganisasi. Baik sejarah Tiongkok selama seratus tahun ini maupun sejarah Tiongkok purbakala, masih gelap-gulita bagi banyak anggota Partai. Dalam pembicaraannya, banjak sarjana Marxis-Leninis menyebut2 Yunani saja, tetapi tentang nenek moyangnja sendiri, maaflah, sudah lupa. Suasana untuk sungguh2 menyelidiki keadaan sekarang tidak hangat, begitu juga suasana untuk sungguh2 mempelajari sejarah.
Selanjutnja mengenai soal mempelajari pengalaman revolusi internasional dan soal mempelajari kebenaran umum Marxisme-Leninisme. Banyak kawan belajar Marxisme-Leninisme tampaknya bukan untuk keperluan praktek revolusi, melainkan semata2 untuk belajar saja. Oleh sebab itu, walaupun mereka sudah membacanja, tetapi tak dapat mencernakannya. Mereka hanya tahu mengutip perkataan2 dan ungkapan2 yang tersendiri2 dari Marx, Engels, Lenin dan Stalin secara berat sebelah, tetapi tidak tahu menggunakan pendirian, pandangan dan metodenya untuk menyelidiki keadaan Tiongkok sekarang dan sejarah Tiongkok secara konkrit, untuk menganalisa dan memecahkan masalah2 revolusi Tiongkok secara konkrit. Sikap terhadap Marxisme-Leninisme yang demikian sangat berbahaya, dan lebih2 berbahaya bagi kader2 tingkat menengah keatas.
Tadi sudah saja bicarakan keadaan pada tiga lapangan: tidak mementingkan penyelidikan keadaan sekarang, tidak mementingkan penyelidikan sejarah dan tidak mementingkan penggunaan Marxisme-Leninisme. Ini langgam yang buruk sekali. Tersebarnya langgam ini telah mencelakakan banyak kawan kita.
Memang, banyak kawan didalam barisan kita sekarang sudah mendjadi rusak karena terjangkit langgam ini. Tidak mau menyelidiki dan mempelajari keadaan konkrit luar dan dalam negeri, luar dan dalam propinsi, luar dan dalam kabupaten serta luar dan dalam kewedanaan secara sistematis dan rapi, melainkan main perintah saja berdasarkan pengetahuan yang dangkal, dan berdasarkan dugaan "demikian seharusnya"--bukankah langgam subjektivisme ini masih terdapat diantara banyak kawan kita?
Ada yang tidak merasa malu malahan merasa bangga karena sama sekali tidak mengetahui atau sedikit sekali mengetahui sejarah bangsanya sendiri. Terutamanya, sangat sedikit yang betul2 mengetahui sejarah Partai Komunis Tiongkok dan sejarah Tiongkok seratus tahun ini, yaitu sejarah Tiongkok sesudah Perang Candu. Boleh dikatakan belum ada seorangpun yang sudah mulai sungguh2 mempelajari sejarah ekonomi, politik, kemiliteran dan kebudayaan seratus tahun ini. Beberapa orang tidak berpengetahuan tentang Tiongkok kita sendiri, maka yang tinggal padanya hanyalah ceritera2 tentang Yunani dan negeri2 asing. Dan kasihan benar, ceritera2 itu diambilnja sepotong2 dari tumpukan kertas usang negeri asing.
Selama puluhan tahun ini banyak sekali pelajar yang belajar di luar negeri dihinggapi penyakit ini. Sekembalinja dari Eropa, Amerika atau Jepang, mereka hanya tahu berceritera tentang hal2 negeri asing yang ditelannya mentah2. Mereka memainkan peranan selaku gramopon, dan melupakan kewajibannya untuk mengenal dan menciptakan hal2 yang baru. Penjakit ini menulari juga Partai Komunis.
Yang kita peladjari ialah Marxisme, tetapi banyak diantara kita belajar Marxisme dengan metode yang langsung berlawanan dengan Marxisme. Artinja mereka melanggar suatu prinsip pokok yang berulang2 dinasihatkan oleh Marx, Engels, Lenin dan Stalin, yakni prinsip kesatuan teori dengan praktek. Karena sudah melanggar prinsip ini, mereka sendiri lalu menciptakan suatu prinsip yang sebaliknya: pemisahan teori dari praktek. Dalam pendidikan di sekolah, dan dalam pendidikan untuk kader2 yang tidak lepas dari pekerjaannya, guru filsafat tidak membimbing pelajarnya menyelidiki logika revolusi Tiongkok, guru ilmu ekonomi tidak membimbing pelajarnja menyelidiki keistimewaan2 perekonomian Tiongkok, guru ilmu politik tidak membimbing pelajarnja menyelidiki taktik2 revolusi Tiongkok, dan guru kemiliteran tidak membimbing pelajarnja menyelidiki strategi dan taktik yang cocok dengan keistimewaan Tiongkok, dan sebagainja. Akibatnja, kesalahan2 menjalar sehingga sangat mencelakakan orang. Apa yang dipeladjari di Yénan tidak bisa digunakan di Kabupaten Fu1). Profesor ilmu ekonomi tidak mampu memberi penjelasan tentang piénpi dan fapi2), pelajarnja tentu tidak mampu juga. Jadi, di kalangan banyak peladjar terpupuklah semacam perasaan yang tidak normal: tidak menaruh minat kepada masalah Tiongkok dan tidak mementingkan petunjuk Partai, melainkan hanya tertarik kepada dogma yang diterima dari gurunya dan yang kekal abadi katanya.
Sudah tentu, yang saya sebut tadi itu ialah contoh2 yang sangat buruk di dalam Partai kita, bukan umumnya begitu. Sungguhpun demikian, contoh2 itu betul2 ada, malah agak banyak jumlahnya dan agak besar bahayanja pula, maka tidak boleh kita remehkannya.
III
Untuk berulang2 rnenjelaskan arti ini, saya ingin memperbandingkan dua sikap yang saling berlawanan.
Pertama: sikap subjektivisme.
Sikap ini berarti tidak menyelidiki keadaan sekitarnya secara sistematis dan rapi, bekerja dengan kegairahan subjektif saja, dan masih samar2 akan wajah Tiongkok sekarang. Sikap ini berarti memotong2 sejarah, hanya mengetahui Yunani tetapi tidak mengetahui Tiongkok, dan gelap sama sekali akan wadjah Tiongkok kemarin dan Tiongkok kemarin dulu. Sikap ini berarti mempelajari teori Marxisme-Leninisme dengan abstrak dan dengan tidak bertudjuan. Orang yang bersikap demikian bukan mencari pendirian, pandangan dan metode dari Marx, Engels, Lenin dan Stalin untuk memecahkan soal teori dan soal taktik revolusi Tiongkok, melainkan belajar teori semata2 untuk belajar teori saja. Bukan melepaskan panah dengan bersasaran, tetapi melepaskan panah tanpa bersasaran. Marx, Engels, Lenin dan Stalin mengajar kita: harus berpangkal pada kenyataan yang ada pada objektif, dan menarik daripadanja hukum2 untuk membimbing tindakan kita. Untuk maksud ini, kita harus memiliki bahan2, sampai seluk-beluknja, menganalisanja secara keilmuan dan menyelidikinja secara sintesis, sebagaimana dikatakan Marx3). Tetapi banyak diantara kita tidak berbuat demikian, bahkan sebaliknya. Diantaranja banyak yang melakukan pekerjaan penyelidikan, tetapi mereka tidak berniat sedikitpun untuk menyelidiki Tiongkok sekarang dan Tiongkok kemarin, melainkan hanya menaruh minatnya pada penjelidikan "teori" yang kosong dan terpisah dari praktek. Banyak yang melakukan pekerjaan praktis, tetapi mereka tidak memperhatikan penyelidikan atas keadaan objektif, atjap kali menyandarkan dirinya pada kegairahan saja, dan menggantikan politik dengan perasaannya sendiri. Kedua macam orang ini berpangkal pada subjektif dan mengabaikan adanya kenyataan objektif. Kalau berpidato, mereka membariskan A, B, C, D..., selandjutnya 1, 2, 3, 4 dan seterusnya; kalau mengarang, mereka menulis dengan panjang lebar saja. Mereka tidak berusaha mencari kebenaran dari kenyataan, melainkan bermaksud mengambil hati massa dengan perkataan yang muluk2. Besar bungkus tak berisi, bagai tong kosong nyaring bunjinya. "Utusan raja" terdapat di-mana2**), menganggap dirinya yang benar dan nomor satu diatas dunia. lnilah langgam beberapa kawan di dalam barisan kita. Langgam ini akan mencelakakan diri sendiri apabila digunakan sebagai asas untuk mengatur kehidupan diri sendiri; ia akan mencelakakan orang lain apabila digunakan untuk mengajar orang lain; dan ia akan mencelakakan revolusi apabila digunakan untuk memimpin revolusi. Pendeknja, metode subjektivisme yang anti ilmu pengetahuan dan anti Marxisme-Leninisme ini adalah musuh utama Partai Komunis, musuh utama klas buruh, musuh utama rakyat dan musuh utama bangsa, dan adalah semacam perwujudan tidak murninya sifat-kepartaian. Musuh utama sudah di hadapan kita dan harus kita hancurkan. Hanya apabila subjektivisme sudah dihancurkan, barulah kebenaran Marxisme-Leninisme bisa ditegakkan, sifat-kepartaian bisa teguh dan revolusi bisa menang. Harus dinyatakan, bahwa tidak adanya sikap keilmuan, yaitu sikap Marxisme-Leninisme yang menyatukan teori dengan praktek, berarti tidak adanya atau tidak sempurnanya sifat-kepartaian.
Ada sebuah bait yang menggambarkan orang semacam tersebut, bunyinya:
Alang2 di tembok
berat kepalanya, lemah pokoknya, dangkal akarnya.
Rebung di gunung
runcing pucuknja, tebal kulitnya, kosong isinya.
Coba lihat, bukankah ini serupa dengan orang yang tidak bersikap keilmuan, dengan orang yang hanya tahu mengapal beberapa kata dan kalimat dari karangan2 Marx, Engels, Lenin dan Stalin, dengan orang yang hanya mendapat nama pandai tetapi sebenarnja tidak berpengetahuan? Seandainya ada orang yang sungguh2 mau mengobati penjakitnya, saya menasihatkan supaya mencatat bait ini, atau kalau lebih berani, menempelkannya pada dinding kamarnya. Marxisme-Leninisme adalah ilmu pengetahuan, dan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang diperoleh hanya dengan sikap jujur, tidak boleh curang sedikitpun. Baiklah kita bersikap jujur!
Kedua, sikap Marxisme-Leninisme.
Sikap ini berarti menggunakan teori dan metode Marxisme-Leninisme untuk menyelidiki dan mempelajari keadaan sekitarnya secara sistematis dan rapi. Bukan bekerja dengan kegairahan saja, melainkan memadukan ketabahan revolusioner dengan jiwa praktis, sebagaimana dikatakan Stalin4). Sikap ini berarti tidak memotong2 sejarah. Tidak cukup hanya mengetahui Yunani saja, tetapi juga harus mengetahui Tiongkok; bukan saja harus mengetahui sejarah revolusi negeri asing, tetapi juga sejarah revolusi Tiongkok; bukan saja harus mengetahui Tiongkok sekarang, tetapi juga Tiongkok kemarin dan Tiongkok kemarin dulu. Sikap ini berarti mempelajari teori Marxisme-Leninisme dengan tujuan untuk memadukan teori Marxisme-Leninisme dengan gerakan praktis revolusi Tiongkok, dan berarti mencari pendirian, pandangan dan metode dari teori Marxisme-Leninisme untuk memecahkan soal teori dan soal taktik revolusi Tiongkok. Sikap ini berarti melepaskan panah dengan bersasaran. "Sasaran" ialah revolusi Tiongkok, "panah" ialah Marxisme-Leninisme. Kita, orang Komunis Tiongkok, mencari "panah" ini, sebabnya ialah untuk memanah "sasaran", yaitu revolusi Tiongkok dan revolusi di Timur. Ini berarti sikap mencari kebenaran dari kenyataan. "Kenyataan" ialah segala benda yang ada pada objektif, "kebenaran" ialah hubungan intern dalam benda yang obyektif, yakni hukum2nya, dan "mencari" berarti kita menyelidiki. Kita harus berpangkal pada keadaan sewajarnya daripada luar dan dalam negeri, luar dan dalam propinsi, luar dan dalam kabupaten serta luar dan dalam kewedanaan, dan menarik hukum2 yang memang ada dan yang bukan di-bikin2 dari keadaan yang sewajarnja itu, yaitu mencari hubungan intern daripada kejadian2 sekitarnya untuk membimbing tindakan kita. Kalau mau berbuat demikian, janganlah kita bersandar pada dugaan subjektif, kegairahan yang sementara, dan buku2 yang tidak berjiwa, melainkan bersandar pada kenyataan yang ada pada objektif, memiliki bahan2 sampai seluk-beluknya, menarik kesimpulan yang tepat dari bahan2 itu di bawah tuntunan prinsip2 Marxisme-Leninisme yang umum. Kesimpulan ini bukan membariskan gejala2 dengan A, B, C, D ..., juga bukan karangan yang ditulis dengan panjang lebar dan isinya membosankan, melainkan kesimpulan secara keilmuan. Inilah sikap yang berusaha mencari kebenaran dari kenyataan, dan tidak bermaksud mengambil hati massa dengan perkataan yang muluk2. Sikap ini ialah perwujudan sifat-kepartaian, ialah langgam-kerja Marxisme-Leninisme, suatu langgam penyatuan teori dengan praktek. Inilah sikap yang sekurang2nya harus ada pada setiap anggota Partai Komunis. Kalau sudah ada sikap ini, maka bukan lagi "berat kepalanya, lemah pokoknya, dangkal akarnya", juga bukan "runcing pucuknya, tebal kulitnya, kosong isinya".
IV
Berdasarkan alasan2 tadi, saya mengajukan usul2 sebagai berikut:
1) Kepada seluruh Partai diajukan tugas menyelidiki keadaan sekitarnya secara sistematis dan rapi. Dengan berdasarkan teori dan metode Marxisme-Leninisme, mengadakan penyelidikan dan pelajaran yang teliti atas gerak-gerik musuh, teman dan kita sendiri di lapangan ekonomi, keuangan, politik, kemiliteran, kebudayaan dan urusan kepartaian, selanjutnya menarik kesimpulan yang semestinya dan seperlunya. Untuk maksud ini, perhatian kawan2 harus diarahkan ke lapangan penyelidikan dan pelajaran atas kenyataan yang praktis ini. Harus berusaha supaya kawan2 tahu, bahwa tugas pokok dari badan2 pimpinan Partai Komunis terletak pada dua hal yang besar: memahami keadaan dan berpegang teguh pada politik. Yang pertama ialah yang disebut mengenal dunia, dan yang kedua ialah yang disebut mengubah dunia. Harus berusaha supaya kawan2 tahu, bahwa tanpa penyelidikan tiada hak untuk berbicara, bahwa tiada gunanya untuk berbual dengan panjang lebar atau membariskan gejala2 dengan 1, 2, 3, 4 .... Misalnya, mengenai pekerjaan propaganda, kita tidak akan dapat menetapkan politik propaganda kita dengan tepat, jika kita tidak memahami keadaan propaganda pihak musuh, teman dan kita sendiri. Pekerjaan setiap cabang dapat dibereskan sebaik2nya hanya sesudah keadaannya dipahami. Meluaskan rencana penyelidikan dan pelajaran ke seluruh Partai, adalah suatu mata-rantai pokok untuk mengubah langgam-kerja Partai.
2) Tenaga2 harus dikumpulkan untuk menyelidiki sejarah Tiongkok seratus tahun ini di atas dasar pembagian kerja dan kerja sama, supaya keadaan yang tidak terorganisasi itu dapat diatasi. Pertama2 haruslah diadakan pelajaran secara analisa atas sejarah ekonomi, politik, kemiliteran dan kebudajaan, dan kemudian baru mungkin diadakan pelajaran secara sintesis.
3) Dalam pendidikan untuk kader yang tidak lepas dari pekerjaannya dan untuk sekolah kader, kita harus menetapkan haluan supaya penyelidikan atas masalah revolusi Tiongkok yang praktis didjadikan pokok, prinsip2 pokok Marxisme-Leninisme didjadikan pedoman, dan menghapuskan metode yang mempelajari Marxisme-Leninisme secara statis dan terpisah2. Pelajaran Ringkas Sejarah Partai Komunis Soviet Uni (B) harus didjadikan bahan pokok dalam mempelajari Marxisme-Leninisme. Pelajaran Ringkas Sejarah Partai Komunis Soviet Uni (B) adalah suatu sintese dan kesimpulan yang tertinggi tentang gerakan Komunis sedunia selama seratus tahun ini, adalah suatu contoh tentang pemaduan teori dengan praktek, satu2nya contoh yang sempurna di seluruh dunia. Kalau kita sudah melihat bagaimana Lenin dan Stalin memadukan kebenaran umum Marxisme dengan praktek konkrit revolusi Soviet dan dengan demikian mengembangkan Marxisme, maka kita dapat mengetahui bagaimana seharusnja kita bekerja di Tiongkok.
Kita sudah melalui banyak jalan yang salah. Tetapi kesalahan sering merupakan penunjuk untuk menuju djalan yang benar. Saja percaya, dalam keadaan2 revolusi Tiongkok dan revolusi dunia yang sedemikian hidup dan kaya, perubahan dalam pelajaran kita ini pasti akan membawa hasil2 yang baik.
Mei 1941
Panitia Penerbit Pilihan Tulisan Mau Tje-tung
dari
Central Comite Partai Komunis Tiongkok

Keterangan
*) Ke-dua2nya adalah peribahasa Tiongkok-Penterjemah.
1) Kabupaten Fu letaknya kira-kira 70 kilometer disebelah selatan dari Yénan.
2) Piénpi adalah uang kertas yang dikeluarkan oleh bank Pemerintah Daerah Perbatasan Sensi-Kansu-Ningsia. Fapi adalah uang kertas yang dikeluarkan sesudah tahun 1935 oleh empat bank besar milik modal birokrat Kuomintang dengan sokongan imperialis Inggeris dan Amerika Serikat. Yang dimaksudkan dalam tulisan ini ialah soal perubahan kurs antara piénpi dengan fapi pada waktu itu.
3) Lihat tulisan Marx: Kapital, djilid I, Kata Susulan pada Edisi Jerman yang Kedua. Dalam tulisan itu Marx mengatakan: "Untuk penyelidikan harus menguasai bahan2 sampai seluk-beluknya, menganalisa bermacam2 bentuk perkembangan bahan2 itu, dan mencari hubungan intern bentuk2 itu. Hanya setelah pekerjaan ini selesai, barulah mungkin ada pendjelasan yang selayaknya atas gerakan yang nyata."
**) Sebelum tahun 1935, ketika Central Comite Partai Komunis Tiongkok dikuasai oleh garis penjelewengan "Kiri", banyak wakil Central Comite dikirim kemana2 untuk mewujudkan garisnya yang salah itu di seluruh negeri. Yang disebut "utusan raja" ialah wakil2 Central Comite tersebut--Penterjemah.
4) Lihat tulisan Stalin Dasar2 Leninisme, bagian IX, Langgam-kerja.
 



Categories:

0 komentar:

Posting Komentar

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!