sementara kritik terhadap Croce dan
intelektual Italia merupakan titik awal intelektual dari Catatan dari Penjara,
fasisme dan revolusi kelas buruh Italia merupakan subjek politik Catatan yang
utama. Mengapa fasisme berjaya di Italia? Atau, mengapa usaha kelas buruh
Italia merebut kekuasaan pada tahun 1919-1920 gagal? Ini merupakan dua
pertanyaan yang dicoba dijawab Gramsci. awaban Gramsci terhadap
pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat disimpulkan secara luas demikian:
1.
Keterbelakangan historis kapitalisme Italia merupakan penyebab utama fasisme.
Fasisme merupakan usaha kapitalisme Italia untuk menyelesaikan masalah
keterbelakangannya dengan bergantung pada kelas menegah Italia untuk
menjalankan strategi "revolusi pasif" atau reformasi terbatas dari atas.
2. Keberadaan Gereja Katolik di Italia
merupakan sebab utama keterbelakangan historis kapitalisme Italia. Gereja
berhasil menghalangi revolusi borjuis Italia, mencegah timbulnya negara bangsa
borjuis Italia. Bahkan meskipun
gereja Katolik pada abad ke-20 telah kehilangan hegemoninya terhadap kebudayaan
Eropa, seperti pada Abad pertengahan, dengan kekalahan feodalisme, ia tetap
merupakan Kekuatan reaksioner yang kuat dalam politik dan kebudayaan Italia
yang menghalangi perkembangan Italia
menjadi sebuah negara kapitalis yang modern dan sekuler.
3. Karena alasan ini borjuasi dan
intelektual Italia tidak pernah mengembangkan sebuah tradisi Yakobin
revolusioner yang merakyat dan nasionalis (Gramsci merujuk pada revolusi
Perancis). Sebagai akibatnya, intelektual Italia terisolasi secara historis,
kebudayaan dan politis dari massa buruh.
4.
Seluruh sejarah dan kebudayaan Italia menderita kekurangan tradisi Yakobin yang
nasional-kerakyatan di antara intelektual dan kaum borjuis.Elitisme
"non-Nasional-Kerakyatan" dari kebudayaan kelas menengah ini (yang oleh Croce dibela dan disanjung dalam
tulisan sejarah dan filsafatnya) merupakan faktor penting munculnya fasisme.
Suatu kali, Gramsci menuding fasisme merupakan kesalahan paham
nasional-kerakyatan dan mengutuk Yakobinisme seperti halnyarevolusipasif.
5.
Untuk mengalahkan fasisme dan memenangkan kekuasaan negara,kelas pekerja harus
memenangkan hegemoni, atau otoritas intelektual dan moral terhadap masyarakat
dusun yang miskin dan lapisan massa dari kalangan intelektual kelas
menengah.Untuk melakukannya, Gramsci menyodorkan bahwa kelas pekerja harus
membangun "Pangeran Modern", yakni semacam partai komunis massa yang
memuat program nasional dan
kerakyatan yang revolusioner.
6.
Figur sental dari "Pangeran Modern" ini haruslah merupakan tujuan
otonomi intelektual kelas pekerja melalui formasi kader-kader intelektual kelas
pekerja. Hanya independensi pekerja intelektual yang dapat menjamin jangka
panjang hegemoni kelas pekerja.
Sedikit keterangan atas gagasan hegemoni Gramsci.
Gramsci
mendefinisikan negara sebagai pemaksaan (koersif)+hegemoni.Menurut Gramsci,
hegemoni merupakan kekuatan politik yang mengalir dari kepemimpinan moral dan
intelektual, otoritas atau konsensus seperti yang ditunjukkan dari angkatan bersenjata.
Kelas penguasa membentuk dan mempertahankan hegemoninya dalam masyarakat sipil,
misalnya dengan menciptakan konsensus politik dan kebudayaan melalui
serikat-serikat, partai politik, sekolah, media, gereja dan sejumlah
perkumpulan sukarela lainnya. Hegemoni yang dilakukan oleh kelas penguasa
selalu melampaui kelas-kelas dan kelompok sosial. Paksaan selalu digunakan oleh
kelas penguasa hanya untuk mendominasi atau melikuidasi kelas musuh menurut
Gramsci. Sejarah mengatakan, di bawah kapitalisme, intelektual kelas menengah
merupakan "administrator" hegemoni, misalnya menjadi pengelola dan
pembangun konsensus dalam kultur kapitalis; oleh karena itulah mempelajari
intelektual Itali bernama Gramsci menjadi penting.Figur pusat dalam revolusi
nasionalis-kerakyatan Gramsci adalah agar terjadi reformasi intelektual dan
moral di Italia, revolusi kebudayaan pertama-tama diarahkan melawan gereja
Katolik. Tujuan utama dari revolusi kebudayaan ini ialah kultur sosialis yang
baru dari kelas pekerja yang diorganisasikan di sekitar hubungan produksi
sosialis yang menjadi basis modernitas dan sekularitas Italia. Kelas pekerja
tak dapat memenangkan kekuasaan secara nyata tanpa menciptakan para
intelektualnya sendiri. Tak bisa selamanya hal ini digantungkan pada intelektual
borjuis kecil untuk membuat kultur sosialis bagi mereka.
Hal ini harus otonomi secxara intelektual. Jadi, bagi Gramsci, menciptakan "jenis baru intelektual organik"; intelektual proletar, menjadi tahap kunci menuju kemenangan kelas pekerja baik dalam jangka pendek maupun panjang. Pengalaman pengkhianatan para pemimpin reformis sosialis dari kelas menengah terhadap revolusi kelas pekerja tahun 1919-1920 dan pengalihan massa kelas menengah Italia menjadi fasisme mendorong Gramsci untuk memfokuskan --malah kelihatan obsesif-- intelektual Italia dan masalah otonomi intelektual kelas pekerja. Terpesona oleh artikel Lenin yang terakhir, ia bergelut pada pertanyaan yang sama: bagaimana caranya partai komunis dapat menolong kelas pekerja untuk memerdekakan dirinya dari ketergantungan kultur dan politik terhadap intelektual borjuiskecil.
Dari sejumlah catatan atas Croce, filsafat, dan Marxisme menunjukkan upaya Gramsci untuk menyilangkan antara perjuangan filsafatik dari rencananya terhadap revolusi kebudayaan di Italia. Catatan-catatan ini kompeks, abstrak, dan sangat sulit untuk diikuti dan tak mudah untuk disimpulkan.
Hal ini harus otonomi secxara intelektual. Jadi, bagi Gramsci, menciptakan "jenis baru intelektual organik"; intelektual proletar, menjadi tahap kunci menuju kemenangan kelas pekerja baik dalam jangka pendek maupun panjang. Pengalaman pengkhianatan para pemimpin reformis sosialis dari kelas menengah terhadap revolusi kelas pekerja tahun 1919-1920 dan pengalihan massa kelas menengah Italia menjadi fasisme mendorong Gramsci untuk memfokuskan --malah kelihatan obsesif-- intelektual Italia dan masalah otonomi intelektual kelas pekerja. Terpesona oleh artikel Lenin yang terakhir, ia bergelut pada pertanyaan yang sama: bagaimana caranya partai komunis dapat menolong kelas pekerja untuk memerdekakan dirinya dari ketergantungan kultur dan politik terhadap intelektual borjuiskecil.
Dari sejumlah catatan atas Croce, filsafat, dan Marxisme menunjukkan upaya Gramsci untuk menyilangkan antara perjuangan filsafatik dari rencananya terhadap revolusi kebudayaan di Italia. Catatan-catatan ini kompeks, abstrak, dan sangat sulit untuk diikuti dan tak mudah untuk disimpulkan.
Tapi yang penting
digaris-bawahi, kelas pekerja, untuk meraih hegemoni membutuhkan kemampuan
intelektual untuk memperjuangkan filsafat baru atau cara pandang bagi dirinya.
Jadi, bagaimana membantu pekerja-pekerja untuk meraih otonomi intelektual
merupakan satu pokok utama tujuan politik dari catatan-catatan ini bagi
Gramsci. Hingga akhir, Gramsci menempatkan tiga musuh filsafat: Croce, gereja
Katolik, dan intelektual Marxist yang vulgar. Ia juga menulis catatan panjang
bagaimana para marxis seharusnya mendekati masalah pelatihan intelektual kelas
pekerja (lihatlah "Pengenalan Atas Studi Filsafat dan Kebudayaan")
Akhirnya, catatan
Gramsci kelihatan berpindah ke teori baru Marxis tentang Negara dan semangat
revisionis ke dalam "Filsafat Praksis". Dalam catatannya tentang
negara, tampak sekali bahwa dalam negara tumbuh aparat hegemoni dan sifat
pemaksaan. Terhadap definisi negara mendorongnya untuk menambahkan pentingnya
mengembangkan satu teori marxis tentang revolusi kebudayaan. Teori ini, pada
gilirannya, menuntut Marxisme menjadi filsafat "yang selesai", yang
dapat menjadi titik pandang dunia atau "filsafat Praksis" yang sukses
menggantikan Katolikisme dan Croceanisme.
Kesimpulan
Kebodohan Italia, yang merupakan kesalahan
terbesar gereja Katolik, mendorong ke arah Fasisme. Pengkhianatan kelas
menengah terhadap kelas pekerja menjadi kunci pelajaran sejarah dari Fasisme
dan sosialisme kaum reformis bagi Gramsci. Di samping itu, Croce memainkan
peran kuci
dalam menyiapkan tahap kebudayaan bagi Fasisme. Jawaban Gramsci atas Fasisme, Reformisme, Katolikisme, dan Croceanisme adalah revolusi
nasional-kerakyatan yang dipimpin oleh tipe baru partai komunis, si Pangeran Modern, melalui transformasi intelektual dan moral kelas pekerja menjadi pemimpin revolusi kebudayaan proletar bagi Italia. Revolusi ini akan menggantikan kebudayaan Katolik terhadap petani dan massa buruh dan kultur borjuis liberal para intelektual. Jawaban ini mendorong Gramsci untuk membuat teori marxisme baru, atau filsafat praksis sebagai figur kuncinya adalah teori tentang negara sebagai aparat hegemoni dan pemaksaan. Marxisme ini juga membutuhkan teori sistematik atas revolusi kebudayaan untuk membangun kultur baru yang integral. Dua figur kunci dalam revolusi kebudayaan Gramsci adalah penciptaan inti kader-kader intelektual kelas pekerja dan mentransformasikan intelektual kelas menengah menjadi intelektual nasionalis-kerakyatan atau revolusioner.**
dalam menyiapkan tahap kebudayaan bagi Fasisme. Jawaban Gramsci atas Fasisme, Reformisme, Katolikisme, dan Croceanisme adalah revolusi
nasional-kerakyatan yang dipimpin oleh tipe baru partai komunis, si Pangeran Modern, melalui transformasi intelektual dan moral kelas pekerja menjadi pemimpin revolusi kebudayaan proletar bagi Italia. Revolusi ini akan menggantikan kebudayaan Katolik terhadap petani dan massa buruh dan kultur borjuis liberal para intelektual. Jawaban ini mendorong Gramsci untuk membuat teori marxisme baru, atau filsafat praksis sebagai figur kuncinya adalah teori tentang negara sebagai aparat hegemoni dan pemaksaan. Marxisme ini juga membutuhkan teori sistematik atas revolusi kebudayaan untuk membangun kultur baru yang integral. Dua figur kunci dalam revolusi kebudayaan Gramsci adalah penciptaan inti kader-kader intelektual kelas pekerja dan mentransformasikan intelektual kelas menengah menjadi intelektual nasionalis-kerakyatan atau revolusioner.**
0 komentar:
Posting Komentar