Oleh
Pramudya Ananta Toer
Dimuat
di harian Bintang Timur, 22 April 1960,
Peringatan
90 tahun Nikolai Lenin
Bertrand Russel dalam memberikan
karakterisasi abad sekarang ini berkata, 'Abad kita dalam sejarah manusia
sekarang adalah abad dari dua manusia, Lenin dan Einstein.' Tetapi lebih tepat
jika dikatakan, abad kita sekarang adalah abad Rakyat dan Ilmu Pengetahuan.
Tanpa
dua-duanya, kita hanya bebodoran.
Lenin
tak sesaat pun pernah merasa khawatir tinggal seorang diri dalam perjuangan.
Salah satu tugas perjuangannya justru menciptakan sahabat sebanyak-banyaknya,
Rakyat, dan menghancurkan musuh musuhnya, musuh Rakyat, golongan kecil dalam
masyarakat yang berkuasa, dan mempergunakan kekuasaannya untuk menggerogoti
harga manusia dan kemakmurannya.
Lenin
telah mengembalikan Rakyat pada harga dirinya. Bumi Manusia menjadi lebih indah
dan lebih kaya daripada sebelumnya. 'Ia adalah ruh pencipta yang harmonis,
seorang filosof, seorang sistematikus praktik,' kata Bertrand Russel, 'baginya
yang perlu ialah cita-cita sosial semata, bukan buat kepentingan diri sendiri.'
Sebaliknya bagi kaum musuh Rakyat jelas: dia adalah roh perusak, iblis.
Tetapi
dia pulalah yang telah berhasil memimpin perjuangan pembebasan Rakyat Uni
Sovyet dari kelas lintah darat yang berabad-abad sejak Adam 'nangkring' dan
'nempel' di atas tengkuk Rakyat. Dia telah memimpin perjuangan buat kepentingan
kaum produktor dan kreator kehidupan Uni Sovyet.
Sekarang,
tiga puluh enam tahun setelah wafatnya, Negara Uni Sovyet meneruskan perjuangan
Lenin ini: politik luar negerinya diarahkan untuk menciptakan persahabatan
dengan seluruh Rakyat di mana saja di atas dunia ini. Tidak pernah dalam
sejarah ada suatu negara seperti Uni Sovyet dan negara-negara sosialis lainnya
memberikan bantuan tanpa mengharapkan riba kepada negara-negara lain yang
sangat membutuhkan. Tidak pernah pula dalam sejarah ada suatu negara yang
dengan giatnya mengirimkan begitu banyak dan menerima begitu banyak duta duta
persahabatan selain Uni Sovyet di samping negara-negara sosialis lainnya.
Juga
Indonesia tidak luput dari rahmat yang disebabkan karena perjuangan Lenin dan
barisannya. Akademi Oceanografi di Ambon, bukan tidak bicara apa-apa bagi
Indonesia. Dia merupakan lembaga yang akan mengembalikan semangat samudera
Rakyat Indonesia purbakala. Stadion Asian Games merupakan lembaga yang akan
mengembalikan keperwiraan Rakyat Indonesia. Proyek-proyek pelabuhan besi baja
adalah lembaga yang akan mengembalikan keperkasaan, dan eksplorasi kekayaan
purbakala Rakyat Indonesia.
Negara
Lenin telah membantu timbulnya lembaga-lembaga bagi hari depan yang
gilang-gemilang. Soalnya tinggal: bagaimana kemampuan dan mentalitas yang harus
menggarap bantuan itu. Adalah amoral menyambut bantuan yang tulus dengan
penggunaan secara serampangan. Ini perlu diperingatkan karena contoh-contoh
bisa terjadinya yang demikian sudah banyak diberikan, seperti sikap berbagai
golongan terhadap usaha Jagus dan Martosuwondo yang tak kenal lelah hendak
berbakti kepada bangsanya, tetapi golongan-golongan tertentu dalam masyarakat
bangsanya sendiri justru bersorak-sorak bila usaha Jagus-Martosuwondo
memperlihatkan gejala-gejala kegagalan. Mereka semestinya membantunya. Dan
bukan tidak mungkin mereka justru menyabotnya dengan tindakan-tindakan yang
sesungguhnya kasar. Dan sangat me malukan juga, bahwa Bangsa Indonesia bisa
melahirkan golongan-go longan masyarakat semacam itu.
Kita
baru menyoroti satu segi saja dari tangan persahabatan yang diulurkan oleh
negaranya Lenin kepada Rakyat Indonesia.
Apakah
yang mengherankan lagi kalau dalam masyarakat Indonesia ada
gerombolan-gerombolan masyarakat yang mencurigai dan menentang bantuan negeri
Lenin? Tidak. Gerombolan-gerombolan ini tidak suka melihat Rakyatnya lebih
kaya, lebih makmur. Mereka harus tetap tergantung pada impor! Karena impor
menjadi kepentingan gerombolan-gerombolan ini-bukan saja hidup gerombolan ini
dari komisi tuan-tuannya di seberang samudera yang empat tidak terganggu,
tetapi juga bisa merajai harga di dalam negeri!
Ini
pun jelas seperti matahari!
Dan
ini pun--juga orang tidak perlu menjadi komunis untuk memahaminya.
Kita
telah mengulurkan tangan kita menerima bantuan dari sahabat yang besar itu.
Tetapi mengingat adanya gerombolan-gerombolan masya rakat yang aneh ini, pasti
pula ada usaha untuk menggagalkan makna dan penggunaan bantuan itu.
Bersiap-siaplah, karena pada setiap ketika bisa saja terjadi bakul-bakul tempat
kita menampung bantuan itu didadal pencoleng. Bersiap-siaplah juga karena bukan
saja pencoleng itu mendapat nafkahnya, tetapi juga merasa mempunyai hak
sesumbar dirinya sendiri yang benar: 'Lihat tuh, bantuan Uni Sovyet hanya jadi
beban Rakyat!' Kita pun tahu, tidak seluruh Rakyat Indonesia sudah jadi
hipokrit. Kita tidak perlu jadi orang ahli untuk dapat melihat kemungkinan ini.
***
Mungkin
akan ada seorang atau beberapa orang wakil gerombolan masyarakat, menuduh,
tulisan ini berusaha melakukan perpecahan dan pertentangan.
Untuk
ini pun jawabannya sudah tersedia: Memecahkan persatuan diri dari gerombolan anti-Rakyat
adalah wajib bahkan kita harus menentang aktivitas dan meluasnya gerombolan
ini. Ini pun sudah jelas seperti matahari. Dan tak perlu orang menjadi komunis
untuk bersikap demikian. Bukan' Kalau orang tak mau menjadi lebih cerdik dari
pengalaman Revolusi dulu, kita memang mesti membenarkan saja ditaruh dalam satu
kandang dengan lintah-lintah borjuasi. Rakyat sudah belajar banyak dari
pengalaman Revolusi. Kita menolak adanya komprorni antara Rakyat dengan
lintahnya. Rakyat harus tinggal jadi Rakyat, dan lintahnya harus dipunahkan,
agar Rakyat itu menjadi lebih kaya, agar Manusia menjadi lebih sejahtera.
Untuk
memahami ini tak perlu orang menjadi sariana. Orang yang sebodoh-bodohnya pun
akan membunuh setiap kutu busuk yang nam pak olehnya.
Lenin
telah memberi kita pelajaran yang sangat berharga bagaimana mengabdi kepada
Rakyat. Bagaimana berjuang dan dalam pada itu 'paling tidak ingat kepada diri
sendiri,' kata Romain Rolland. Lenin adalah seorang pengimpi, tetapi pun
pejuang untuk mewujudkan impiannya. Di waktu lingkungan kekuasaan Sovyet tidak
lebih dari sekitar Moskwa, ia telah melihat hari depan Rakyat Sovyet yang
mempergunakan tenaga listrik sampai ke desa-desa, karena tenaga listrik di
desa-desa kaum tani adalah salah satu syarat terpenting bagi tiap kemajuan
peradaban dan kebudayaan. 'Pemimpin elektrifikasi,' kata penyair Wells tentang
Lenin. Sebelas tahun setelah berdirinya Uni Sovyet, penggunaan listrik hampir
hampir mencapai dua kali lipat dari sebelumnya, dan pada tahun ini
hampir-hampir dua puluh empat kali. Lenin telah memimpikan elektrifi kasi bagi
setiap Rakyat Uni Sovyet, tetapi ia pun telah berjuang meletak kan dasar-dasar
terwujudnya impian itu.
Dengan
listrik itu tenaga manusia mendapat bantuan yang tak terkirakan besarnya dalam
usaha produksi. Dan dengan dihancurkannya sistem distribusi kapitalistis dan
monopolistis, produksi secara langsung dapat dikecap oleh setiap orang tanpa
membayar cukai dan bunga kepada kaum borjuasi. Segala berasal dari Rakyat maka
pun segala harus kembali kepada Rakyat. Lenin telah membuat Rakyat Uni Sovyet
memiliki segala yang dibutuhkannya. Dia telah menciptakan surga di dunia bagi
210 juta jiwa atau 7,5% dari seluruh umat manusia di atas wilayah bumi yang
22,4 juta kilometer persegi, atau 16,6% dari permukaan bumi ini.
****

0 komentar:
Posting Komentar