Siapa yang tidak kenal kisah romeo
dan Juliet…. ! Kisah romantis ala barat yang dikenduskan dalm film titanic. Jangankan
orang dewasa dan remaja, bahkan anak-anak pun jarang tak mengenalnya. Sebelumnya
anda mungkin pernah pula menonton di
layar
televisi, pernikahan putra no 1 indonesia, Bapak SBY, Ibas baskoro yang
menikah dengan putri Hatta Rajasa. Tentu kemewahan dan kemeriahanlah yang anda
lihat.
Pernahkah anda berpikir topik di
atas di Tanah Bugis, Sulawesi Selatan. Yang tak pernah di Filmkan, atau di
hadirkan dilayar kaca televisi kita…! Kalo tidak tulisan ini akan mengenalkan
anda.
Orang bugis, menyebut menikah atau married dengan kata botting yang merupakan bahasa bugis itu sendiri. Tapi botting bukan sekedar makna menikah,
seperti pemahaman umum kita. Kerena botting
sarat akan adat istiadat orang bugis.
Botting
dalam tradisi bugis memiliki tahap yang cukup panjang dan tahapan yang banyak
pula. Secara umum ada tiga tahapan. Pertama
upacara pra pernikahan, di dahului
oleh pemilihan jodoh, Mammanu’-manu (Penjajakan), Madduta atau massuro (meminang), Mappasiarekeng
(mengukuhkan kesepakatan), Mappaisseng
dan mattampa (menyebarkan undangan), Mappatettong sarapo/baruga (mendirikan bangunan), Mappasu
Botting dan cemme’passili’ (merawat
dan memandikan oengantin), Mappaci atau tudangmpenni.
Tahapan kedua yakni Resepsi atau biasa disebut pesta perkawinan, dan ketiga upacara pasca perkawinan. Yang
masing-masing didalamnya masih memiliki tahapan-tahapan yang banyak lagi. Yang tidak
sempat kami sebutkan keseluruhannya.
Mappaci artinya
dalam bahasa Indonesia yakni mensucikan diri, yang berasal dari kata pacci bersih atau suci. Yang
dilaksanakan oleh kedua mempelai botting
dirumah masing-masing, dalam artian kedua mempelai mappaci sendiri-sendiri.
Mappaci berlangsung di malam menjelang hari “H” perkawinan.
Proses mappaci harus dilakukan
sesuai adat yang diturunkan, seperti yang ditulis oleh Badruzzaman, 2007. Di mulai dengan penjemputan (paddupa) mempelai dipersilahkan duduk di
pelaminan. Salah satu keluaga yang ditunjuk mengucapakan uangkapan;
“Patarakkai mai belo tudangeng
Naripatudang siapr siata
Taue silelel uttu patudangeng
Padatuddan mappacci sileo-leo
Riwenni tudampenni kuaritu
Paccingi siae datu belo tudangeng
Ripatajang mai bottingnge
Naripaterru cokkong di lamming lakko ulaweng”
Artinya:
Calon mempelai dipersilahkan menuju pelaminan. Pelaminan di sisi para
pendamping. Duduk saling berdekatan satu sama lain. Mereka susuk bersuak ria di
malam tudampenni. Mappaci pada sang raja/ratu mempelai nan rupawan. Tuntun dan
bimbinglah sang raja/ratu menuju pelaminan yang bertahtakan emas.
Si mempelai di persilahkan duduk di
pelaminan. Lalu didepannya diberi satu buah bantal sebagai simbol mappakalebbi (penghormatan), tujuh lembar
sarung sutera sebagi simbol harga diri, sepujuk daun pisang simbol hidup yang
berkesinambungan, tujuh daun nangka sebagi simbol menas (harapan). Sepiring wenno
(padi yang disangrai hingga mengembang) sebagai simbol berkembang baik,
sebatang lilin yang berapi simbol penerangan, dan daun pacar yang ditumbuk dan
dihaluskan sebagai simbil kesucian dan bekkeng
(tempat pacci yang terbuat logam kuning) sebagai symbol penyatuan duan insan botting( pengantin).
Selanjutnya cara pelaksanaan adat
ini, yakni satu persatu orang mengambil daun dari pacci dari dalam bekkeng
kemudian mengusapkan ketelapak tangan mempelai dengan disertai doa. Saat
sementara itu berjalan, indo botting (orang
tua mempelai) menghamburkan wenno kemempelai.
Orang-orang yang di undang dalam
mengusapkan pacci tadi, biasanya adalah keluarga, kerabat dekat dan orang-orang
yang memiliki kedudukan sosial yang baik dan kehidupan rumah tangganya bahagia
dan lenggeng.
‘’Mappaci iyanaritu gau’ ripakkeonroi nallari ade’ gau mabbiasa tampu’
sennu-sennuang, ri nia akkata madeceng mammuarei pammase Dewata seuwae.’’
Artinya: Mappaci merupakan upacara
yang sangat kental dengan nuansa bathin. Dimana proses ini merupakan upaya manusia
untuk mebersihkan dan mensucikan diri dari segalahal yang tidak baik. Dengan
keyakinan bahwa tujaun yang baik harus didasari oleh nat dan upaya yang baik
pula. (Badruzzaman,2007)
Begitulah gambaran umum tradisi
Pacci dalam masyarakat adat Bugis Sulawesi Selatan. Yang sarat akan makna
kesucian dan keruhanian menjelang pernikahan.
Ditulis oleh: Thakwir Rolles
0 komentar:
Posting Komentar